Memuji Tuhan Sepenuh Hati Meski di Tengah Kondisi yang Sulit
Kalangan Sendiri

Memuji Tuhan Sepenuh Hati Meski di Tengah Kondisi yang Sulit

Lori Official Writer
      4608

Filipi 4: 4

"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!"

 

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 23; Matius 23; Yesaya 3-4

Duduk, sebagai tamu kehormatan, di atas tunggul di bawah naungan pohon akasia raksasa adalah pengalaman yang paling mengecilkan hati dan mengharukan dalam hidupku.

Kami sedang berada di Zimbabwe menghadiri sebuah gereja di desa duku Ndebele. Sebanyak 25 orang yang hadir mengenakan pakaian modern terbaik mereka dan duduk di tanah, tak peduli gereja itu tak punya atap, lantai, podium, bangku empuk atau grup pujian dan penyembahan.

Mereka memberitahu kamu kalau mereka sangat menghargai pria yang mengijinkan mereka beribadah di bawah pohon berdaun lebat yang tumbuh di sebelah rumahnya yang hanya memiliki satu kamar dari dinding jerami.

Mereka semua tampak malu-malu saat bertemu dengan orang Amerika. Pendeta suku mereka lalu berdoa untuk menyambut kedatangan rombongan kami. Dia lalu menyampaikan khotbah yang membangkitkan semangat.

Saat ibadah dimulai, jemaat yang kebanyakan wanita segera berdiri, setidaknya mereka yang masih sehat secara fisik. Sepatu adalah komoditas langka di sana karena berbagai penyakit kaki dan kelainan yang banyak dialami masyarakat di sana.

Tapi sesuatu yang berbeda terjadi di depan mata kami. Mereka yang sebelumnya malu-malu akhirnya tersenyum dengan ekspresif. Mereka mulai bernyanyi dan menari untuk Tuhan. Gerakan mereka benar-benar penuh semangat yang menunjukkan emosi dan energi mereka untuk memuji Tuhan. Tak lama kemudian, sebagian dari kelompok kami mulai menari, bernyanyi dan tertawa bersama. Saat itu, aku merasakan bahwa Roh Kudus menyatukan kami dalam ibadah tersebut.

Kami menunjukkan sukacita seperti yang dituliskan dalam Filipi 4: 4, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”

Mereka tidak menyampaikan doa-doa meminta berkat, seperti berikanlah kami kesehatan, kekayaan dan kebahagiaan. Tapi mereka menyampaikan soal kasih mereka kepada Yesus dan ucapan syukur yang mendalam atas apa yang sudah mereka terima. Mereka menunjukkan gambaran kehidupan yang dituliskan dalam Mazmur 22: 3, “….Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.”

Aku mungkin lebih kaya dan punya lebih sedikit beban hidup dari mereka. Tapi mereka memiliki banyak hal yang tak aku miliki. Mereka memiliki iman, harapan dan kasih yang murni satu sama lain. Tidak ada beban yang tampak terlalu berat sebagai alasan bagi mereka untuk kehilangan sukacita. Taka da penghalang yang terlalu besar untuk mengurangi persekutuan mereka. Mereka hanya fokus kepada Tuhan, bukan kepada keadaan di sekitar mereka.

Aku memetik pelajaran penting hari itu bahwa mereka sudah terbiasa membuang semua perasaan cemas mereka dan membebaskan diri untuk menyembah Tuhan sepenuh hati. Sementara aku masih sangat sulit melakukannya.

“Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.” (Mazmur 55: 22)

Mari memeriksa diri kita. Apakah kita pernah menyembah Tuhan dengan sepenuh hati? Apakah beban hidup kita justru kadang mencuri sukacita kita? Apa yang ingin kamu lakukan untuk mengalami sukacita sepenuhnya dalam Tuhan?

Hak cipta Diane Markins, digunakan dengan ijin Cbn.com

Ikuti Kami