Jangan Larut Dalam Duka, Tapi Ubahlah Kesedihanmu Menjadi Belas Kasihan Bagi Sesama
Kalangan Sendiri

Jangan Larut Dalam Duka, Tapi Ubahlah Kesedihanmu Menjadi Belas Kasihan Bagi Sesama

Puji Astuti Official Writer
      5668

2 Korintus 1:3-5

Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah. Sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpah-limpah.

Bacaan Alkitab Setahun [kitab]Mazmu80[/kitab] ; [kitab]Lukas1[/kitab]; [kitab]Yerem26[/kitab]

Peringatan peristiwa 11 September di Amerika Serikat baru saja berlalu, masih bisa kita ingat betapa mengerikan serangan teror yang terjadi pada tahun  2001 itu. Pernahkah kamu bertanya, berapa banyak ayah yang menantikan anak-anaknya pulang hari itu namun tidak pernah kembali? Berapa banyak yang sempat menghubungi orang yang mereka kasihi dan mengucapkan, "Aku mencintaimu."? Ada berapa banyak isteri atau suami yang duduk di dapur menunggu pasangannya pulang untuk makan malam namun tidak mendapatkan kabar keberadaan mereka? Berapa banyak yang hari itu merasakan kecemasan yang hebat dan kemudian menghadapi ketakutannya yang terbesar menjadi kenyataan? Berapa banyak dari mereka yang bisa menjalani kehidupan mereka dengan normal kembali?

Berdiri dan berbincang dengan sekelompok pemadam kebakaran dalam lawatan saya yang pertama ke Ground Zero, saya melihat seorang pria dengan celana yang berdebu dan pakaian yang kotor dan menunjukkan sikap yang aneh. Dia berjalan, namun berhenti sebentar, lalu memandang ke arah reruntuhan World Trade Center. Dia memandangi wajah orang-orang yang ada disekitarnya - mereka semua mirip jika dilihat dari belakang dengan baju pemadam kebarannya. Sesekali dia memegang pundak pemadam kebakaran atau polisi untuk melihat wajah mereka. Namun setiap kali mereka membalikkan badan, dia menggelengkan kepala, lalu ia dengan langkah yang gemetar berjalan lagi. 

Dia memandangi reruntuhan dan para pekerja dan sukarelawan yang saat itu sibuk mencari para korban. Suara bising berbagai alat, debu, abu dan asap sepertinya tidak diindahkan oleh pria itu. 

Ada yang aneh. Saya mendekatinya, "Ada yang bisa saya bantu?"

Dia memegang tangan saya dengan raut muka yang menunjukkan hatinya yang hancur, "Bisakah kamu menolong mencari anak saya? Satu orang pemadam kebakaran dan yang lainnya adalah polisi. Ibunya menunggu di rumah."

Saya membawa dia untuk mencari anak-anaknya, namun setelah berjam-jam mencari diantara pemadam kebakaran dan polisi, dia tidak menemukan mereka. Akhirnya dia berhenti, lalu memelukku. 

Tubuhnya bergetar dan ia menangis, "Mereka mungkin telah mati bukan? Anak-anakku."

Saya tidak tahu bagaimana harus memberikan jawaban kepada ayah yang sedang berduka itu, "Ya, mungkin saja."

Saya memeluknya dan menunggu hingga dia mulai tenang. Setelah itu kami mulai berbincang, dan dia menceritakan bagaimana anak-anaknya itu sangat mencintai pekerjaan mereka. 

"Mereka membuat saya dan ibunya sangat bangga. Mereka adalah medali kehormatan kami. Mereka mencintai pekerjaannya. Mereka senang memadamkan api dan menolong orang lain. Mereka menyelamatkan banyak orang melalui pekerjaan mereka. Saya yakin saya akan menemukan mereka hidup dan sedang membantu orang lain di tempat pemulihan."

Kemudian saya dengar, ayah yang berduka ini membalikkan rasa sakitnya menjadi belaskasihan dengan menunjukan kepedulian kepada para pekerja di reruntuhan itu. Ketika seseorang kelihatan mulai putus asa, dia menawarkan kehadirannya dan penghiburan. Dia berduka dengan mereka yang kehilangan orang terkasih. Dia mengubah kesedihannya menjadi sesuatu yang berharga - keinginan untuk membantu orang yang menghadapi rasa sakit yang sama. 

Demikian juga Bapa Sorgawi, Dia merasakan rasa sakit yang hebat saat Putra-Nya yang Tunggal dikorbankan untuk menebus manusia yang berdosa di kayu salib. Namun karena Ia mengerti rasa duka dan kesedihan itu, Dia mengerti perasaan dan keadaan kita, sehingga Dia menawarkan penghiburan saat kita berduka dan bersedih. 

Tuhan, terima kasih karena Engkau berbelaskasihan pada hambamu ini, dan ajar aku untuk mengubah rasa sakit ini menjadi belaskasihan kepada sesama. Amin. 

Saduran dari Triumph Over Terror, by Air Force Veteran and Ground Zero Chaplain Bob Ossler with Janice Hall Heck. Copyright 2016. 

Ikuti Kami