Roma 2:11:
Sebab Allah tidak memandang bulu.
Bacaan Setahun : Mazmur 76; Ibrani 10; Yeremia 1-2
Hampir setiap hari,
saya selalu mendengarkan radio perguruan tinggi setempat. Radio Kristen yang selalu membahas tentang Firman Allah.
Di radio tersebut,
ada sebuah program acara pagi yang mereka namai dengan “GospelExpress.” Ini adalah musik rohani yang penuh semangat. Beberapa
dari musik tersebut mampu membuat darahmu mengalir, bahkan membangunkanmu dipagi hari, tidak peduli kamu menyukainya apa nggak.
Suatu pagi, saat saya
mengemudi hendak ke kantor, saya mendengarkan sebuah program mereka yang
disebut dengan segmen “Tanya Pendeta ” dan dipandu oleh salah seorang pendeta lokal.
Pendeta akan menjawab
setiap email yang telah dikirimkan oleh para pendengar. Dari
pertanyaan-pertanyaan yang dibacakan, ada satu pertanyaan yang cukup menarik karena saya sedang merenungkannya beberapa lama ini.
Pertanyaannya begini : “Bolehkah seseorang menikah dengan suku atau ras yang berbeda?”
Saya benar-benar
menyukai pertanyaan ini, karena banyak orang sedang menantikan jawabannya.
Sebelum memulai menjawab, pendeta sudah bicara bahwa dia akan memberi
penjelasan sesuai dengan firman Tuhan dan bukan jawaban pribadi. Hal itu membuatku semakin bersemangat ingin mendengarnya.
Dalam hal ini, pendeta,
tentu saja menyebutkan contoh tentang Musa dan Zipora yang kita bisa temukan di Keluaran 2:21.
Zipora bukan dari
suku Musa, dan juga bukan orang Israel. Dan poinnya adalah peraturan Bangsa
Israel nggak memperbolehkan menikah dengan bangsa lain guna melindungi mereka
dari agama lain dan pengaruh lainnya. Seperti yang ditulis di kitab Ulangan 7:3: “ Janganlah juga engkau
kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak
laki-laki mereka ataupun anak perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki;”
Dan seperti yang tuliskan oleh Paulus di kitab Perjanjian Baru:
2 Korintus 6:14:”Janganlah kamu merupakan pasangan
yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah
terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?
Tetapi sebenarnya
Allah nggak pernah membedakan apapun, Allah nggak mempemasalahkan suku dan Ras.
Buktinya Musa dan keturunannya diberkati sekalipun menikah dengan berbeda suku atau ras.
Kis 10:34:”Lalu
mulailah Petrus berbicara, katanya: ”Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang.”
Roma 2:11:”Sebab Allah tidak memandang bulu.”
Jadi inti dari firman
– firman diatas adalah bahwa penikahan beda suku atau ras bukanlah sebuah
masalah. Kita harus melihat dari sudut pandang yang berbeda, bahwa kita semua
sama di mata Allah. Namun tetap kita harus mengingat bahwa menikahi seseorang dengan kuk kerohanian yang berbeda atau agama yang berbeda, akan merusak.
Ini nggak hanya berlaku dalam pernikahan tetapi dalam hubungan sepasang kekasih.
Berikut beberapa pertanyaan lain yang saya mau ajukan kepada kamu semua :
Bukankah kita lebih cerdas dari semua mahluk hidup di muka bumi ini?
Bukankah kita lebih
cerdas dari Anjing, Gajah, semut, ular , hewan berdarah dingin dan berdarah lainnya?
Bukankah kita sudah diberi izin oleh Bapa surgawi untuk memerintah atas bumi ini?
Jawaban untuk semua
itu adalah ‘IYA”. Karena itulah kenapa kita nggak seharusnya membedakan warna,
aksen, atau penampilan orang lain. Saya melihat anjing nggak saling membedakan. Berapa banyak dari kita memiliki anjing dirumah?
Pernah nggak berpikir
anjing itu berkata dalam hatinya “Bulunya lebih baik dari aku, kita mungkin berbeda asal.”
Jadi mengapa dengan
pikiran kita yang maju dan lebih pintar, kita masih sering sekali memikirkan
perbedaan yang membuat kita merasa terancam dan nggak suka saat seseorang dari
suku lain berkata “apakah saya bisa membantumu” saat ban mobilmu kempes?
Bukankah kita berasal
dari dua orang yang sama yaitu Adam dan Hawa? Jika anjing bisa menerima perbedaan,
kenapa kita nggak bisa?