1 Tawarikh 29: 11
Ya TUHAN, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala.
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu61[/kitab]; [kitab]Marku11[/kitab]; [kitab]Hosea1-3[/kitab]
Waktu
ayahku masih muda, dia tumbuh jadi pribadi yang amburadul. Ayah sering tak punya
uang dan sering kelaparan. Dia bahkan pergi ke sekolah dengan kaki telanjang tanpa sepatu. Itu sebabnya dia suka diejek sama anak-anak lain di sekolahnya.
Di usianya yang
ke-14, kakak laki-lakinya yang masih berusia 17 tahun meninggal dunia dalam sebuah
kecelakaan mobil. Bagi ayah, hidup ini benar-benar berat karena itulah dia pernah mencoba untuk melarikan diri.
Tapi saat itu
dia berpikir lagi apakah harus melarikan diri atau melakukan sesuatu yang berbeda
dalam hidupnya. Dia pun memilih pilihan kedua, yang pada akhirnya mengubah hidupnya
selamanya. Dia mengambil beberapa bagian timah dari kotak pancing ayahnya dan meleburnya
untuk membuat pelat logam. Kemudian dia pergi ke tepi sungai dekat kota kecil, menempelkan
pelat logam itu di atas sepatunya. Kemudian dia mulai berlari-lari kecil. Dia pun mulai sadar kalau pelat logam itu membuatnya berlari lebih cepat.
Di tahun ajaran
berikutnya, ayahku pun memutuskan membuat sepatu bola walaupun beberapa pelatih
bola mengejek tindakannya. Dengan berani ayahku pun mencoba sepatu buatannya. Betapa
terkejutnya sang pelatih saat menyaksikan ayahku berlari cepat dengan sepatu itu. Sejak itu, ayahku memutuskan membentuk sebuah tim sepakbola.
Di awal tahun
2008, aku mendengar Tuhan berbicara, “Sue, kalau kamu mau belajar berlari sembari
memikul beban berat, saat itu terjadi, kamu akan terkejut dengan kecepatan yang
kamu bisa lakukan. Sama seperti ayahmu.” Aku tak tahu apa yang terjadi lima tahun
kemudian. Tapi Tuhan tahu kalau aku perlu tahu soal hal ini jauh sebelum Dia membiarkanku mengungkapkan semua cerita soal rasa sakit ini.
Baru-baru
ini, aku mendapat wawasan baru setelah mendapat arti kata ‘sinker’ di kamus Webster.
Dituliskan kalau ‘sinker’ adalah berat yang dipakai untuk menenggelamkan pancing atau seine. Aku pun mulai berpikir, ya, berat itu adalah soal massa, beban dan muatan.
Aku percaya
Tuhan sedang memberi tahu kita, supaya kita belajar berlari dengan bobot yang dimaksudkan
untuk menenggelamkan kita, akan sangat mengejutkan melihat seberapa cepat kita bisa
berlari saat beban diangkat. Aku bahkan merasa takjub sama pengalaman ayahku yang bisa berlari dengan pelat logam di sepatunya.
Berat yang dimaksudkan
untuk membawa kita ke bawah sebenarnya bisa membangun kita. Olahragawan tahu hal
ini. Mereka memakai bobot untuk membentuk otot mereka. Sama halnya dengan beban
yang kita pikul dalam hidup. Tuhan lah yang membantu kita mengangkatnya. Dia membantu
kita saat dalam duka, sakit, terbelit masalah keuangan, pernikahan, fitnah, kehilangan pekerjaan dan sebagainya.
Sama seperti
ayahku, kita harus berlari di tengah rasa sakit, duka, kesedihan, kesepian, amarah
ataupun ketakutan. Teruslah berdoa, membaca firman-Nya dan mendeklarasikan kebenaran-Nya
atas hidup kita. Saat kita mengandalkan Tuhan, beban hidup kita akan terlepas sendiri
dan kita pun akan mendapatkan kekuatan baru yang lebih besar dari yang kita punya sebelumnya.
Apapun kondisimu
saat ini, marilah mencoba untuk berlari sampai ke garis finish. Selesaikanlah pertandinganmu
dengan kondisi yang prima. Karena dengan itulah banyak orang akan percaya bahwa
Tuhan yang hidup di dalam kita adalah Tuhan yang berkuasa (baca 1 Korintus 9:
27).
Dua tahun lalu, ayahku meninggal. Satu-satunya warisan paling berharga yang dia tinggalkan adalah pelajaran tentang cara menghadapi masa sulit. Aku benar-benar bersyukur untuk itu!
Jangan pernah melarikan diri dari masalah, tapi
hadapilah itu bersama Tuhan