Tetapi TUHAN adalah kota bentengku dan Allahku adalah gunung batu perlindunganku.
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu51[/kitab]; [kitab]Marku1[/kitab]; [kitab]Yesay55-56[/kitab]
Sebanyak 347
rumah terbakar di Waldo Canyon Fire Colorado. Rumahku adalah salah satunya. Saat
kebakaran, pemandangan tampak seperti perang. Pepohonan indah hangus dan
tinggal puing saja. “Ya, seenggaknya aku masih punya batu-batu itu,” pikirku. “Mereka bisa jadi sumber pemandangan baru setelah semuanya tinggal puing.”
Aku
bersyukur karna bisa menyusun batu-batu besar itu di halaman baruku, karna hanya
batu itulah yang tersisa. Sambil mengangkat kakiku ke atas salah satu batu
besar itu, aku mulai berdiskusi soal sebuah rencana. Aku melihat sebuah celah dan
menyaksikannya lebih dekat. Aku mengetuk-ngetuk kakiku dan batu itu pun hancur.
Aku makin dekat dan melihat celah yang lebih besar. Aku lalu menendang batu itu
sampai terbelah dua. Merasa kaget, aku mulai menginjak-injaknya berulang kali sampai
benar-benar hancur. Aku jenuh dengan ketidakpercayaan ini sampai-sampai aku
harus mengujinya dengan menghancurkan setiap batu itu. Tapi ya, benar semua batu
itu hancur! Aku pun sontak berlutut di bawah reruntuhan rumahku. Batu-batu itu harusnya jadi simbol solidaritas
dan bisa bertahan sebagai bukti sejarah, tapi ternyata batu itu nggak cukup bisa diandalkan.
Harusnya batu
nggak bisa terbakar kan? Tapi batu-batu milikku itu benar-benar terbakar. Panas dari api telah merusak unsur di dalamnya.
Dari pengalaman
ini, aku belajar satu kebenaran penting. Bahwa hanya ada satu batu yang tahan dengan
kobaran api dan waktu yaitu Tuhan (Mazmur 66: 12). Tanpa Tuhan, aku pasti tersesat,
sama seperti batu-batu besar yang hancur terinjak oleh kakiku. Aku tahu kalau
kebenaran ini sebenarnya sudah melekat di pikiranku, tapi aku baru memercayainya saat kebenaran itu benar-benar terjadi di depan mataku sendiri.
Mari
renungkan sejenak firman Tuhan dalam Mazmur 66: 8-12. Pemazmur sendiri menyampaikan
pujian kepada Tuhan karena Dia yang menguji kemurnian kaum bangsa pilihan-Nya
dan menenggelamkannya dalam api dan air. Tapi Tuhan setia mengeluarkan umatnya dari
ujian itu dan membebaskannya. Inilah pemahaman yang aku sebutkan kebenaran itu.
Aku
bersyukur karna Ia mengingatkan aku lagi tentang siapa Ia dalam hidupku. Ia adalah
kota bentengku dan gunung batuku. Sekalipun semuanya runtuh dan terbakar, Ia akan tetap berkuasa atas hidupku.
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Apa sih dalam hidupmu yang memaksamu harus menangis tersungkur?
2. Bagaimana
Tuhan menenangkanmu?
3. Bagaimana batu dari Tuhan terbentuk di dalam perjalanan hidupmu?