Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu37[/kitab]; [kitab]ITimo1[/kitab]; [kitab]Yesay27-28[/kitab]
Aku dan
adikku berdiri di tepi laut sedalam lutut sembari melompati ombak lautan air yang
menghantam. Kami saling berpegangan tangan dan berusaha untuk menghindari sapuan ombak dan memekikkan tawa bersama.
Seiring bertambahnya
usia, kami berkelana lebih dalam dan bukannya melompati ombak, kami menungganginya.
Waktu yang tepat menungganginya adalah ketika gelombang lautnya mulai beriak. Melakukannya
di waktu yang salah malah hanya akan membuat kita terhalang oleh ombak dan terhantam
dengan keras sampai ke dasar laut. Tapi kalau kita menempatkan diri secara strategis
seirama dengan ombak, maka kita akan terdorong dengan kekuatan ombak itu
sendiri. Pada akhirnya, perjalanan selancar kita akan mulus sampai ke tepian pantai.
Kadang-kadang,
aku juga merasa berada di samudra kehidupan. Beberapa gelombang pertama cukup keras,
lalu beberapa gelombang kecil. Lalu diikuti dengan ombak kencang yang menenggelamkanku.
Pernah merasa
sepertinya gelombang kehidupan memukulmu jatuh? Saat kita mengalaminya sulit sekali
bahkan untuk menarik nafas barang sekejap pun. Tapi mari bersukacita. Karena dengan pertolongan Tuhan, kita bisa jadi peselancar yang handal!
Masalah yang
datang dalam hidup kita ibarat gelombang lautan. Kita bisa bersukacita saat menghadapinya
karena kita tahu kalau masalah itu adalah ujian yang membantu kita untuk semakin
kuat. “….kesengsaraan itu menimbulkan
ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.” (Roma 5: 3-4)
Kita tahu bahwa
Tuhan adalah tuan atas lautan kehidupan kita. Melalui Roh Kudus kita dimampukan
untuk memiliki keberanian dan kekuatan dalam menunggangi gelombang kehidupan itu dengan penuh kemenangan.
Sebagai orang
percaya, kita melompati gelombang kecil kehidupan dengan berpegang pada tangan Yesus.
Saat kita jatuh, kita belajar kalau Yesus masih berdiri bersama kita, tangan-Nya
menenteng kita untuk bangkit kembali dan mendorong kita untuk mencobanya lagi. Kepercayaan
kita dibangun dengan kuasa Tuhan yang sanggup mencegah kita tenggelam. Keakraban kita dengan ombak lautan memperdalam pemahaman kita tentang kehidupan.
Perjalanan kita
yang semakin dalam bersama Yesus akan memberikan kita sukacita. Kita akan menemukan kebahagiaan
di lautan kehidupan kita dan belajar tentang irama kehidupan kita di lautan yang
tenang dan yang keras. Gelombang lembut ini memberi kita waktu yang lebih
tenang untuk sekadar menikmati lautan. Saat ombak datang, kita menempatkan diri
kita di telapak tangan Tuhan. Kita percaya kalau pendaratan ke tepi pantai akan
menjadi petualangan yang tidak akan menyakiti kita tapi justru meningkatkan kemampuan berselancar kita, kemampuan kita untuk menjalani kehidupan yang melimpah.
Tuhan tidak
bermaksud mencelakakan kita dengan ombak lautan yang keras. Tapi, si jahatlah yang
mereka-reka kalau ombak yang kita hadapi adalah ombak yang mematikan. Karena si
jahat tak berhenti untuk mencuri fokus kita dari Tuhan dan membuat kita takut kepadanya
(Yohanes 10: 10).
Bagi kalian semua yang sedang diterpa ombak keras ini, kalian hanya perlu berpegangan dengan Tuhan. Karena Dia adalah penguasa samudera kehidupan kita dan yang akan memberikan kita kemenangan melalui iman kita melalui Yesus, yang dikorbankan bagi dosa-dosa kita dan yang telah bankit kembali untuk menguasai samudera dan alam semesta dengan kebenaran-Nya. Jadi, mari menyambut gelombang itu dalam nama-Nya.
Fokuskan pandangan pada Yesus, bukan pada besarnya masalah.
Ulurkan tangan untuk mendapatkan pertolongan-Nya