Mazmur 91:11
“Sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engaku di segala jalanmu.”
Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 55; Markus 5; Yesaya 63-64
Sejak Ibu menikahi
Ayah, dia mulai menemukan watak asli ayah. Ayah menyiksa ibu tanpa berhenti.
Mulai dari kecil hingga dewasa, kami tumbuh menderita dengan omelan ayah.
Beberapa tahun kemudian, sebelum ibu meninggal dia baru menceritakan kejahatan ayah kepadaku (putrinya).
Setiap saat ayah
selalu marah tanpa alasan. Hal kecil menjadi sebuah masalah yang besar. Seperti salah ngomong atau bahkan makanan yang gosong.
Sepanjang hidup, kami selalu tertekan. Emosinya seperti gunung berapi yang bisa meletus kapan saja.
Dari awal, Ibu selalu
belajar untuk mengandalkan Yesus dalam keluarga kami, bahkan kehidupan
pernikahannya dengan ayah semakin membuatnya kuat untuk bersandar dipelukan Yesus.
Saya sangat percaya
kalau bukan karena Yesus yang baik, Ibu mungkin saja sudah meninggal ditangan ayah.
Suatu ketika saat Ibu
berdoa didalam kamar, ayah mendengarkan dan marah, dia lalu lari ke dapur mengambil pisau sambal berkata “Aku akan membunuhmu.”
Ibu merasa nggak kuat
dan berkata kepada Yesus waktu itu “Tuhan tolonglah aku atau ambil sajalah aku, aku udah nggak tahan.”
Ayah semakin ngamuk
dan berjalan mondar-mandir di lorong kamar sambil menggedor-gedor pintu kamar.
Entah bagaimana kejadiannya, ayah tergeletak jatuh di lantai karena menabrak pintu kaca lemari piring.
Dengan kepala yang
pusing, ayah bangkit dengan jalan
oyong-oyong dan lalu duduk dikursi malasnya sambil berkata kepada ibu “lihat saja nanti, aku pasti mendapatkanmu.”
“Ayah mengusap-usap
kepalanya yang sakit dan setelah itu dia nggak bicara apa-apa lagi ,” kata ibu.
Saya tanya kenapa ibu nggak menceraikan ayah saja?
“Pendeta berkata
bahwa perceraian bukanlah sesuatu yang Allah kehendaki, dan ibu tidak memilih jalan itu,” jawabnya.
Kejadian ini nggak
sampai disini. Setelah kami semua anak-anaknya menikah, ayah dan ibu lalu pindah ke rumah yang lebih besar dan memiliki kolam renang.
Ayah nggak berhenti
menyiksa ibu. Ibu bukanlah seseorang yang pintar berenang. Suatu ketika, ayah menampar ibu dan menjatuhkannya kedalam kolam renang
“Aku akan menenggelamkanmu disini sekarang,” kata ayah.
Ayah mencelupkan
kepala ibu kedalam air terus menerus, ibu berusaha menahan dan meraih tangan ayah sampai akhirnya ayah pergi meniggalkan ibu sendirian dikolam renang.
Nggak lama kemudian,
Tuhan bicara dalam hati ibu begini “AKU sudah menolongmu berkali-kali dari
tangannya, sampai kapan kamu terus bertahan dan berharap bahwa aku akan menyelamatkan
kamu lagi? kamu harus bertanggung jawab, inilah saatnya kamu meninggalkan dia. Tinggalkanlah dan jangan kembali lagi padanya.”
Tetapi ibu tetap
nggak ingin meninggalkan ayah. Malahan kami semua yang berusaha untuk
membantunya. Akhirnya di usianya yang ke-50 tahun, ibu bebas dari tangan ayah yang jahat. Mereka berpisah.
Tuhan itu penyayang,
dia nggak pernah membiarkan orang menderita seumur hidup. Dia adalah Bapa yang baik dan selalu melindungi anak-anakNya.
Ayah akhirnya
bertobat setelah beberapa tahun kemudian, namun dia harus disiksa dulu oleh
masa lalu dan bayangan kejahatannya. Dia merasa bahwa dia terlalu jahat sehingga Allah akan memasukkannya kedalam penjara.
Ketika ayah usia
80-an, dia hidup dipanti jompo dan sering dikunjungi oleh ponakan-ponakannya.
Ayah lalu menelpon kami dan meminta maaf atas semua kesalahannya, dia berkata “Saya nggak mau mati dengan membawa dosa dan rasa bersalah ini.”
Akhirnya ayah merasa
damai dan 1 bulan kemudian, dia meninggal.
2 Petrus 3:9b: “…tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena
Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang
berbalik dan bertobat.”