Batu-batu yang Mengingatkanku Pada Sumber Perlindungan Sejati
Kalangan Sendiri

Batu-batu yang Mengingatkanku Pada Sumber Perlindungan Sejati

Lori Official Writer
      4661

 Mazmur 94: 22

Tetapi TUHAN adalah kota bentengku dan Allahku adalah gunung batu perlindunganku.


Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu51[/kitab]; [kitab]Marku1[/kitab]; [kitab]Yesay55-56[/kitab]

Sebanyak 347 rumah terbakar di Waldo Canyon Fire Colorado. Rumahku adalah salah satunya. Saat kebakaran, pemandangan tampak seperti perang. Pepohonan indah hangus dan tinggal puing saja. “Ya, seenggaknya aku masih punya batu-batu itu,” pikirku. “Mereka bisa jadi sumber pemandangan baru setelah semuanya tinggal puing.”

Aku bersyukur karna bisa menyusun batu-batu besar itu di halaman baruku, karna hanya batu itulah yang tersisa. Sambil mengangkat kakiku ke atas salah satu batu besar itu, aku mulai berdiskusi soal sebuah rencana. Aku melihat sebuah celah dan menyaksikannya lebih dekat. Aku mengetuk-ngetuk kakiku dan batu itu pun hancur. Aku makin dekat dan melihat celah yang lebih besar. Aku lalu menendang batu itu sampai terbelah dua. Merasa kaget, aku mulai menginjak-injaknya berulang kali sampai benar-benar hancur. Aku jenuh dengan ketidakpercayaan ini sampai-sampai aku harus mengujinya dengan menghancurkan setiap batu itu. Tapi ya, benar semua batu itu hancur! Aku pun sontak berlutut di bawah reruntuhan rumahku.  Batu-batu itu harusnya jadi simbol solidaritas dan bisa bertahan sebagai bukti sejarah, tapi ternyata batu itu nggak cukup bisa diandalkan.

Harusnya batu nggak bisa terbakar kan? Tapi batu-batu milikku itu benar-benar terbakar. Panas dari api telah merusak unsur di dalamnya.

Dari pengalaman ini, aku belajar satu kebenaran penting. Bahwa hanya ada satu batu yang tahan dengan kobaran api dan waktu yaitu Tuhan (Mazmur 66: 12). Tanpa Tuhan, aku pasti tersesat, sama seperti batu-batu besar yang hancur terinjak oleh kakiku. Aku tahu kalau kebenaran ini sebenarnya sudah melekat di pikiranku, tapi aku baru memercayainya saat kebenaran itu benar-benar terjadi di depan mataku sendiri.

Mari renungkan sejenak firman Tuhan dalam Mazmur 66: 8-12. Pemazmur sendiri menyampaikan pujian kepada Tuhan karena Dia yang menguji kemurnian kaum bangsa pilihan-Nya dan menenggelamkannya dalam api dan air. Tapi Tuhan setia mengeluarkan umatnya dari ujian itu dan membebaskannya. Inilah pemahaman yang aku sebutkan kebenaran itu.

Aku bersyukur karna Ia mengingatkan aku lagi tentang siapa Ia dalam hidupku. Ia adalah kota bentengku dan gunung batuku. Sekalipun semuanya runtuh dan terbakar, Ia akan tetap berkuasa atas hidupku.

Pertanyaan untuk direnungkan:

1. Apa sih dalam hidupmu yang memaksamu harus menangis tersungkur?

2. Bagaimana Tuhan menenangkanmu?

3. Bagaimana batu dari Tuhan terbentuk di dalam perjalanan hidupmu?

Ikuti Kami