Keakraban Sederhana Dari Sebuah Lambaian Tangan di Jendela Mobil
Kalangan Sendiri

Keakraban Sederhana Dari Sebuah Lambaian Tangan di Jendela Mobil

Lori Official Writer
      2766

 1 Yohanes 4: 18

Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.


Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 138; 2 Korintus 11; 2 Samuel 3-4

Pria itu ompong di bagian atas gigi. Sedihnya, aku justru memperhatikan hal itu pertama kali. Rokoknya menggantung di antara permen karet dan bibirnya.

Sementara istriku berlari ke Walgreens, pria itu melewati lusinan ruang terbuka lainnya sembari mengemudi mobil merahnya yang berada di antara mobil Prius kami dan truk yang sedikit menempel di antara garis putih. Dia melirik kami untuk sesaat sebelum jendelanya tertutup dan sebuah sarung tangan berlumpur dan berminyak muncul dari jendela sembari melambai pada anak-anak perempuanku di kursi belakang.

Aku mengakuinya. Aku gak benar-benar merasa akrab.

Lalu pria itu mulai bicara dan menunjuk ke mobil kami. Aku gak bisa mendengar sepatah kata pun dari kaca, tapi untuk tidak menghentikannya dari bergumam di sekitar rokoknya yang mungkin 80%. Tersenyum dari kekonyolan itu, aku membuka jendela mobil dan bertanya-tanya apa yang membuat dia berbicara dengan orang asing di tempat parkir.

Pria urakan di tempat parkir Walgreens ingin membandingkan jarak tempuh gas. Setidaknya, itulah yang membuka pintu percakapan. Dari sana, aku belajar tentang apa yang dia lakukan, menemukan bagaimana pekerjaannya telah membuatnya sengsara, melihat gambar gagak barunya yang berharga dan menyadari betapa kamu bisa mengasihi seorang pria ompong itu.

Dia adalah pribadi yang nyata. Dia tidak berpura-pura, tidak sombong, tidak punya keinginan untuk menjadi sesuatu yang lebih daripada dirinya. Sayangnya, aku tidak akan pernah berbicara dengan pria itu sendiri kalau dia tidak meletakkan tagannya yang besar dan mengisap rokok keluar jendela. Sayangnya, aku tidak mau menjadi urakan seperti itu.

Tapi, kasih adalah tentang kekacauan yang tidak nyaman, seperti yang Tuhan nyatakan dalam hidupku. Bagi-Nya, aku pernah tampak jauh lebih buruk daripada ompong, jauh lebih kotor daripada tertutup lumpur. Tapi Yesus tidak peduli. Dia melihat sesuatu yang berharga dari semua kotoran yang ada di dalam diri kita. Dan aku senang Dia melakukannya.

Kasih itu adalah menjadi dekat dengan orang-orang yang sangat berbeda dengan kita. Tuhan mungkin menempatkan orang-orang di luar sana untuk kita jangkau dan yang tidak sesuai dengan gambaran ideal kita tentang orang-orang yang kita inginkan. Mereka bisa berbau asap, punya sedikit gigi, atau bahkan memperjuangkan pandangan politik yang tidak kita sukai. Sudah cukup membuat kita menggeliat.

Tapi ada satu kunci di sini yang tidak bisa kita lupakan. Dia mengasihi mereka. Yesus menyentuh orang-orang yang sakit, dan melarat. Dia tidak takut terlibat dengan sesuatu yang tidak populer  dan memalukan. Sebaliknya, Dia secara khusus mencari orang-orang yang mau melakukan kehendakNya. Kasih karunia-Nya tidak mengenal hambatan sosial.

Kita tidak bisa membiarkan rasa tidak nyaman mencegah kita berbagi kasih.



Hak cipta John UpChurch, disadur dari Crosswalk.com

Ikuti Kami