Mazmur 145:18
TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya ,pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan.
Bacaan Setahun :
Saya selalu merasakan sebuah hal yang menakutkan ketika
berdoa. Selama bertahun-tahun, nggak peduli seberapa kerasnya saya berusaha,
tetap saja saya nggak bisa melakukannya, hingga saya mengunci diri di dalam
lemari, tapi kemudian saya ingat akan kebaikan Tuhan dan akhirnya saya mencoba mengatur ulang jam berdoa saya.
Saya mencoba bangun di pagi hari bersama matahari, bergegas melompat dari tempat tidur kemudian berlutut di lantai kamar saya.
Tiga puluh menit kemudian, saya terbangun bersama genangan air liur saya sendiri.
Saya membaca Doa Bapa Kami, saya juga bisa bermazmur dan saya
sudah mencoba. Saya benar-benar melakukannya. Tapi, nggak ada strategi doa aya
yang benar-benar berhasil. Saya rasanya ingin menyerah, bahwa saya memang tidak
akan pernah bisa membangun sesuatu yang menyerupai kehidupan doa yang
konsisten. Namun, ketika itu tiba-tiba terjadi maka itu adalah hari dimana saya memang harus belajar berdoa.
Sudah dua tahun sejak saya keluar dari perguruan tinggi saya
saat ini, dan saya masih bekerja sebagai magang di sebuah gereja yang terletak
di Florida Selatan, dan sekali lagi, saya harus bangun pada waktu fajar hanya
untuk tertidur kembali di kaki kasur saya. Sambil membebaskan diri dari rasa
ngantuk dan air liur yang banjir, saya kemudian meraih Alkitab dengan perasaan
frustasi kemudian berjalan keluar pintu ke ladang yang berada di belakang rumah
saya. Berdiri dengan tegas di sekitaran lapangan, saya berkomitmen untuk tetap
terjaga dan tidak mengantuk. Bukannya berusaha berkomunikasi dengan Tuhan, saya malah hanya berusaha konsen untuk tidak tertidur kembali. Dan itu berhasil!
Saya berdiri dan kemudian mengoceh sambil mengadah ke langit.
Dalam 20 tahun kehidupan saya yang aneh ini, saya sudah sering berdoa dengan
lantang di tempat-tempat umum dan acara ibadah tetapi sebenarnya saya belum pernah melakukannya dalam waktu doa pribadi saya.
Kemudian sesuatu berubah, saya masih memegang Alkitab di satu
tangan, kemudian saya mengayunkannya sambil berbicara tentang ketidakmampuan saya.
"Allah! Apa yang salah dengan saya? Kenapa saya tidak
bisa tetap terjaga? Apakah saya ini Kristen palsu? Apakah selama ini saya dan Engkau hanya berpura-pura atau apa?"
Saya kemudian meneriakkan beberapa pertanyaan dan kemudian membaca beberapa ayat. Sementara itu, saya terus berjalan.
Saya merasa seperti orang bodoh yang menggumankan semuanya
kepada diri sendiri. Saya sadar diri, dan melihat apakah ada yang menonton saya atau tidak.
Bagi siapapun yang mengintip melalui gerbang ke arah lapangan,
pasti akan melihatku seperti orang gila yang bergigi keringat yang berlari ke
jaring laba-laba, menggenggam udara dan berusaha menggapai sesuatu. Itu nggak masalah buat saya, yang penting saya harus menemukan jalan saya.
Saya nggak peduli seperti apa tampang saya,jika itu membuat
saya benar-benar mencapai persekutuan dan penyembahan yang dalam dengan Tuhan. Kebodohan apapun, siap untuk saya hadapi.
Di luar, dengan suara yang keras sambil bergerak, saya berdoa.
Saya nggak peduli siapapun yang melihat saya atau siapapun yang salah paham.
Jika Yesus tidak masalah dengan kesalahampahaman seperti ini, saya juga nggak akan masalah.
Pada suatu hari yang lembab di Florida, saya menemukan sebuah
pijakan untuk kerohanian saya. Waktu itu, saya sedang berkeliaran di rumput, berguman dengan nyaring tapi saya berhasil berdoa selama lebih dari menit. Sungguh menyenangkan.
Saya nggak tahu apa yang kamu perlukan tapi menurutku, ada 3
langkah sederhana yang sudah membantu otak saya yang mudah terganggu sehingga tetap berada di jalur :
1. Pergi keluar
2. Berdoa dengan lantang dan tegas
3. Terus bergerak
Adalah penting bagi masing-masing kita untuk menemukan
beberapa metode yang dengannya kita bisa mengembalikan pikiran kita untuk
bersekutu dengan Allah karena persekutuan abadi adalah hal yang diinginkan oleh Allah dari kita.
Hak Cipta © 2019 oleh Michael Donehey. Digunakan dengan izin.