".....untuk membuka mata yang
buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara."
Yesaya 42:7
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 112; 1 Petrus 4; Yehezkiel 28, 30:20-26
Anak lelaki saya merupakan seorang pendeta pengganti di gereja kami. Baru-baru ini, saya dan suami melakukan beberapa perjalanan untuk berbagai pertemuan. Saat itu, anak saya inilah yang menggantikan kami. Anak saya menjalani sebuah pelayanan yang bertajuk, 'Apakah Tuhan cukup?'
Lewat judul itu, sebagian besar orang yang mendengarkannya akan langsung mengira kalau ia berencana untuk berkhotbah soal iman kepada Kristus, bahwa Yesus saja sudah lebih dari cukup.
Namun, yang cukup mengejutkan adalah, bahwa anak kami, yang saat itu berusia 23 tahun, membahas sesuatu yang mengesampingkan pribadi kita, sesuatu yang menjadi masalah bagi generasi manapun, yaitu hubungan yang horizontal.
Statistik menunjukkan fakta yang sangat mengejutkan, bahwa ada banyak orang yang tidak punya seseorang yang mereka rasa dapat mereka percayai untuk mencurahkan isi hati mereka.
Dalam survei tersebut, orang-orang yang beranggapan demikian mengatakan kalau mereka sebenarnya punya teman dekat, tetapi emosi atau masalah yang mereka hadapi seringkali disepelekan oleh orang-orang terdekatnya. Sederhananya, ada banyak orang yang tidak bisa menjadi diri sendiri, padahal sudah berada di tengah-tengah orang terdekatnya sekali pun.
Kita semua sangat dekat dengan media sosial. Mereka menghubungkan satu sama lain dengan mudah. Namun, justru fakta inilah yang kemudian menimbulkan banyak kesendirian dan mengisolasi banyak orang di sekitar kita.
Tuhan tahu kalau manusia itu tidak baik sendirian, karenanya, Tuhan menciptakan Hawa untuk Adam. Hawa merupakan penolong bagi Adam. Ketika kita menilik kembali sejarah dalam Alkitab, kita bisa melihat kalau hubungan horizontal itu adalah idenya Tuhan. Tuhan mau kita tidak hanya hubungan yang vertikal, yaitu dengan Tuhan, tetapi juga hubungan yang horizontal, yaitu hubungan dengan sesama manusia.
Hubungan tatap muka itu sangat penting. Inilah kenapa Tuhan mengutus Yesus, AnakNya, untuk menjadi seperti kita, berada di antara kita, sebagai seorang Imanuel, Allah beserta kita. Dan dalam janji ini, Tuhan mengemukakan nubuatan melalui Nabi Yesaya:
"Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara.”
(Yesaya 42:6-7)
Ayat dalam kalimat terakhir inilah yang kemudian mendorong saya untuk mulai memikirkan mereka yang kesepian dan merasa terisolasi. Kita sering menganggap penjara sebagai sebuah tempat yang hanya dikelilingi oleh batu bata dan jeruji besi, tetapi sebenarnya, penjara ada dengan berbagai bentuk. Kita tahu pasti, bahwa penjara merupakan sebuah ruang isolasi.
Tuhan memberikan Yesus kepada kita sebagai bentuk sebuah perjanjian/covenant. Tahukah kita kalau kata ini juga sering digambarkan sebagai sebuah aliansi persahabatan? Dengan kata lain, ini merupakan sebuah aliansi hubungan yang horizontal. Kehadiran Yesus menjadi sebuah ekspresi bukti kasih Tuhan yang lebih nyata.
Tentu saja, tujuan Yesus yang jauh lebih besar adalah kematiannya lewat pengorbananNya di kayu salib, juga kebangkitanNya, hingga semua itu mendatangkan keselamatan bagi kita semua. Dari banyaknya cara yang mungkin terpikirkan oleh Tuhan untuk menyelamatkan umatNya, Tuhan lebih pilih untuk melakukannya lewat tatap muka, yaitu melalui Yesus Kristus.
Sekarang, kita semua telah membawa Kristus di dalam hati masing-masing. Misinya tidak berakhir ketika Dia naik dan kembali ke BapaNya. MisiNya diperkuat dengan kehadiran kita, melalui tangan kita, kaki kita, setiap perkataan kita, kasih kita, pelukan kita, dalam bentuk hubungan yang horizontal.
Sata telah berada di kedua sisi: sebagai orang yang berjuang untuk menyesuaikan diri dengan orang lain, dan orang yang ingin menjadi teman mereka. Ada waktu dimana kita sama-sama membutuhkan sekaligus memenuhi kebutuhan orang lain.
Masalahnya adalah, apakah kita akan tetap menjadi diri sendiri di depan orang lain? Apakah kita mau mengesampingkan keegoisan dan lebih peka pada orang lain? Ada orang yang dekat dengan kita, tetapi mereka begitu terisolasi.
Tugas kita adalah membiarkan terang Yesus membuka mata kita. Membawa setiap orang yang berada di tahanan keluar dari penjara kegelapan. Tebarkanlah senyum dan kata-kata penuh semangat yang hangat.
Tuhan berkata kepada kita dalam Yesaya 41:10, "janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu;
Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan."
Ia juga mengatakan dalam Ibrani 10:24-25, "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."
Tuhan mengutamakan hubungan, dan Dia mau kita juga demikian.
Hak Cipta © Daphne Delay, digunakan dengan izin.