Galatia 5:25
“Jikalau kita hidup
oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,"
Bacaan
Alkitab Setahun : Mazmur 95; Lukas 16, Daniel 9-10
" Mengapa aku ngelakuin ini?"
Aku bertanya pada diriku sendiri.
Aku basah. Aku kedinginan dan masih ada
sembilan mil lagi. Sementara prakiraan cuaca hujan sepanjang hari tidak akan
reda.
Ketika aku dan Bob mengenakan sepatu
hiking dan pakaian pagi itu, mengeluh atau berhenti bukanlah bagian dari
pilihan kami.
Tiga bulan lalu, kami memutuskan untuk
mendaki 9.5 mil ke bawah dan kemudian naik ke Grand Canyon. Kami memesan
penerbangan ke Arizona dan mulai melakukan pelatihan dimana pelatihan itu
adalah kami berjalan sejauh 5 mil ke kedai favoritku. Selain itu, aku
juga sudah mulai menonton orang lain yang mendaki Canyon di YouTube. Di setiap
video, matahari tampaknya bersinar dan pemadangannya begitu menawan.
Aku nggak membayangkan sama sekali
kalau hujan akan turun di gurun Arizona dan tentu saja , aku pun nggak berpikir
bahwa aku harus melintasi jalan yang sudah menjadi aliran kecil yang dimana
banyak kotoran hujan dan lumpur, yang dicampur dengan debu dari batu berwarna
oranye membuat kotor. Kacau sekali!
Aku pikir, aku sudah bersiap untuk itu
karena aku pakai sepatu bot yang bagus, tongkat, jas hujan dan pakaian
hangat. Ponco kuning cerah yang kupakai membuat air mengalir dari
kepala turun ke kaki selama beberapa jam.
Perlahan, kotoran-kotoran tadi menang
dan setiap pakaian yang kukenakan menjadi basah kuyup kecuali kakiku. Akhirnya,
sepatu bot tahan air itu nggak tahan lagi menghadapi aliran air yang ku lalui
dan sekarang aku benar-benar basah kuyup.
Pemadangannya begitu megah ketika aku
berjalan turun, tapi aku melewatkan sebagian besar karena mataku terlalu
terpaku kepada langkah berikutnya.
Pada satu titik aku terpeleset, jatuh
di atas tanganku dan lututku menahan tubuhku di antara lumpur yang menjijikkan.
Aku bersyukur bahwa aku tidak terluka.
Kalau saja aku terluka disana tidak ada sinyal telephone selama beberapa mil.
Ketika aku aku melanjutkan perjalanan
selangkah demi selangkah, aku terus mengatakan kepada diriku bahwa aku akan
berhasil, gimana pun caranya. Aku akan terus mengambil langkah berikutnya,
kemudian berikutnya sampai berikutnya.
Akhirnya, kami pun sampai di Phantom
Ranch dibagian bawah Ngarai.
Di sana, aku menikmati hidangan steak
dan ngobrol dengan sekitar 40 atau lebih para pejalan kaki yang juga basah
kuyup yang ada disana.
Setelah makan, kemudian aku tidur di barak
dengan pakaianku satu-satunya, yaitu yang basah. Keesokan paginya, kami bangun
sebelum matahari terbit dan berjalan dengan senter untuk menerangi jalan.
Aku bersyukur hujan sudah berhenti di malam hari, dan besoknya menjadi hari
yang cerah.
Seorang teman Facebookku bertanya
tentang apa yang aku pelajari melalui pengalaman ini. Yang muncul di benakku
adalah tentang filosofiku tentang kehidupan Kristen, dimana kita perlu mengambil
langkah berikutnya terus menerus.
"Jikalau kita hidup oleh Roh,
baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh," (Galatia 5:25)
Kadang-kadang waktu itu baik dan kadang
nggak juga. Tapi berhenti mengikuti Tuhan bukanlah pilihan bagiku.
"Sebab untuk itulah kamu
dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan
teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya." (1 Petrus 2:21)
Kadang, hidup kita begitu sulit dan
penuh dengan cobaan. Kita ingin berhenti dan menyerah. Tapi izinkan aku untuk
mendorong kamu untuk terus bertahan dan terus berjalan selangkah demi
selangkah. Suatu hari nanti, kita mungkin akan bangun di hari yang cerah.
Hak Cipta © 2019 Dee Lundgren,
digunakan dengan izin.