Kita Bukan Pengidap Skizofrenia, Pilihlah Untuk Dengarkan Suara Tuhan!
Kalangan Sendiri

Kita Bukan Pengidap Skizofrenia, Pilihlah Untuk Dengarkan Suara Tuhan!

Inta Official Writer
      3317

Yohanes 10:4-5

“Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal."

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 107; Yakobus 4; Yehezkiel 19-20

Aku berdiri di depan ruangan gawat darurat, mengintip ke dalam ruangan, dan mendengarkan Mildred berbicara ke arah dinding. Di sela pembicaraannya itu, Mildred berkata dengan lantang, "Nggak. Saya nggak bisa melakukan itu. Kamu sudah gila."

Matanya kemudian sibuk melirik kesana kemari, persis seperti bandul jam dinding. Perawat kemudian mengajak saya untuk ikut masuk ke dalam ruangan. "Dia menderita skizofrenia. Hari ini, dia menelan garpu saat berkunjung ke sebuah perkebunan. Kami harus menarik garpu tersebut agar bisa keluar dari perutnya."

Saat Mildred menyadari kehadiran saya, matanya langsung berhenti dan melihat ke arah saya. "Saya suka garpu. Emang saya nggak bisa menyimpannya?"

Tidak lama kemudian, matanya kembali menyapu seluruh ruangan, dan berakhir di sebuah sudut dinding. "Hmm.. Saya nggak pernah berpikir akan hal itu. Sungguh sebuah ide yang bagus." Ia menganggukkan kepalanya, seperti menyetujui akan sesuatu. Kemudian, kami memberinya obat penenang dan itu membuatnya tertidur. Saya berusaha untuk mengeluarkan garpu dari perutnya.

Di minggu selanjutnya, Mildret kembali ke rumah sakit. Kali ini, ia menelan beberapa batu baterai. Dan lagi, kami harus mengeluarkan apa yang ia telan dan memulangkannya. Tiga hari berikutnya, Mildred kembali ke rumah sakit. Ia menelan pisau cukur. Kali itu, saya baru mulai bertanya-tanya soal kewarasan saya sendiri. Saya tahu kalau nggak akan ada prosedur yang bisa memperbaiki permasalahan yang dialami oleh Mildred. Ia akan kembali lagi dan lagi kalau ia tidak mengubah pemikirannya.

Saya mencoba beberapa metode psikologi terbalik pada pasien skizofrenia saya. Saya duduk di samping tempat tidur Mildred, memegang tangannya dan mencoba berbicara dengan 'teman-temannya'. "Kamu bukan teman Mildred," ucap saya. "Teman yang baik tidak akan menyarankan orang untuk melakukan sesuatu yang akan melukainya."

Mildred sendiri terkejut kalau ada orang yang sepakat dengan apa yang ia ucapkan, ia menggelengkan kepalanya. Tidak lama setelahnya, dia melemparkan pandangannya ke dinding dan berkata, "Dia benar. Kamu nggak benar-benar peduli sama saya."

Selang lima menit saya bicara pada Mildred, beberapa gerakan yang berasal dari luar ruangan justru menarik perhatian saya. Sekelompok orang mengamat-ngamati dan menguping pembicaraan kami.

Dokter yang bertugas di ruang gawat darurat yang juga ikut mengintip kemudian menembus gerombolan orang-orang di pintu dan meminta perawat untuk memberikan suntikan Haldol.

Suara yang berbohong

Kita nggak perlu jadi orang gila agar bisa mendengar suara-suara. Kadang, ada suara yang membujuk kita untuk menelan sesuatu, sehingga merobek kita dari dalam. Suara tersebut membingungkan buat kita, menyerang identitas kita, dan sukses meyakinkan kita untuk meragukan Tuhan. Mereka memberi tahu kita hal-hal berikut:

Semua orang juga ikut melakukannya, kok. Jadi kamu nggak salah.

Kamu bukan siapa-siapa. Kamu nggak ada perubahan ke arah yang lebih baik. Kamu tidak akan pernah layak untuk dicintai oleh Tuhan.

Menyerah aja, deh. Tuhan tidak akan mendengarkan doamu. Janji-janji Tuhan itu tidak benar. Sudahlah, berhenti saja percayanya.

Kamu tidak akan pernah mengalami perubahan. Kamu gagal kali ini, kamu gagal besok, dan kamu akan selalu mengalami kegagalan.

Mendengar suara Tuhan

Seperti Mildred, kita juga punya pilihan untuk bisa mengabaikan ucapan yang penuh kebohongan tersebut. Kita tidak harus mendengarkan kebohongan mereka. Kita bisa menolak mereka, dan sebagai gantinya, kita jadi bisa mendengarkan suara Tuhan.

Gembala kita mengatakan:

Kamu itu penting, karena Aku mengasihimu.

Aku mendatangimu untuk sebuah tujuan, yaitu hubungan kasih dengan diri sendiri.

Aku telah mati untukmu. Kamu sudah diampuni, diterima dan dikasihi. Berjalanlah dalam kebenaran.

Semua yang kamu butuhkan, sudah saya sediakan. Jangan mencari penggantiKu.

Aku yang punya kendali atas hidupmu. Setiap janjiKu itu baik bagimu.

Biarkan Aku hidup di dalam kamu.

Setelah mengambil pisau cukur dari dalam perutnya, saya tidak pernah melihat Mildred lagi. Saya tidak tahu apakah perawatan saya yang berhasil, atau dia dipindahkan ke rumah sakit yang lain.

Kita semua bisa belajar sesuatu dari Mildred dan dokternya yang gila. Setiap kita bisa mengabaikan suara jahat yang melukai diri sendiri dan memilih untuk mendengarkan suara Gembala agar tak sesat.

Hak Cipta Charles W. Page, M.D., digunakan dengan izin.

Ikuti Kami