1 Korintus 15:50
Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan
kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan
Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa.
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 49; Kisah Para Rasul 21; Imamat 8-9
Ketika
putraku masih kecil, kami tinggal untuk sementara waktu di rumah yang sama
dengan Poppa (kakek) dan Nenek, orang tua saya. Alzheimer Poppa sama sekali
tidak mengganggu putraku, dan tentu saja tidak menjadi penghalang bagi Poppa
untuk mencintai cucunya.
Tetapi,
Matthew memiliki hubungan khusus dengan Poppa.
Mereka memiliki dalam roh dan seringkali mereka duduk bersama di sofa,
tidak mengobrol, mereka hanya menikmati bisa dekat satu sama lain.
Ketika
Matther berusia 5 tahun, Poppa menginggal. Dengan sedih, aku menyampaikan
berita ini kepada anak-anak, dengan intensitas yang tenang itu membuat Matthew
memiringkan kepalanya ke samping dan bertanya “Jadi Poppa sudah berada di Surga
sekarang, kan?”
Ketika aku
menjawab ya, dia bertanya “Lalu mengapa kamu bersedih? Surga adalah tempat yang
bagus. Aku juga ingin pergi ke sana.”
Entah
bagaimana aku bisa meyakinkan Matthew bahwa belum waktunya baginya untuk pergi
dan pembahasan selesai disitu waktu itu.
Beberapa
hari berlalu, kami tiba di rumah duka. Ketika Matthew melihat Poppa di dalam
peti mati, pikiran logisnya mengingat percakapan kami sebelumnya. “Kupikir ibu
bilang kalau Poppa sudah berada di Surga.” Matthew menatapku seolah minta
penjelasan.
Oke, lalu
bagaimana aku harus menjelaskan perpisahan antara tubuh dan roh kepada anak
usia lima tahun?
Setelah doa
singkatku, muncul jawaban dalam pikiranku. Sejak itu aku telah menulis tentang
seluruh kejadian ini dalam sebuah puisi, jadi inilah yang kukatakan, hanya saja,
dituliskan dalam bentuk bait-bait:
“Karena tubuh kita tidak diciptakan
Untuk terbang melintasi angkasa,
Dia harus meninggalkan tubuhnya disini,
Untuk bertemu Tuhan secara langsung”
“Bagian dari dirinya yang mencintai kita
Akan hidup dalam kenangan.
Sekarang dia sudah tidak menderita;
Dia sangat bahagia.”
“Tolong pahami bahwa
Hampir dari saat kelahirannya,
Poppa mencintai orang lain dari dekat,
Dan mencintai Tuhan dari bumi.”
“Sekarang Poppa mencintai Tuhan dari dekat
Kupikir dia sedang bersenang-senang.
Dia pergi di sekitar Singgasana,
Berbicara dengan Sang Anak. "
– Dari ibu yang menangis pagi ini, Sharon Norris
Elliott ©1996
Sekarang, kami
sudah berpisah dengan Poppa selama 18 tahun, dan aku masih mampu melihat
kembali kenangan indah tumbuh bersama seorang ayah yang dengan tulus menjalani
seluruh hidupnya hingga saat kematiannya. Alkitab menceritakan tentang perlunya
kematian jika kita benar-benar berencana untuk pergi ke surga:
Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati.
Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan.
Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam
kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan.
Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan
adalah tubuh rohaniah.
Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah.
Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan
kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan
Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa.
1 Korintus
15: 42-44, 50.
Orang yang
sangat kucintai telah meninggal. Sekuat apa pun kita berusaha untuk
melepaskannya, menghadapi kematian orang-orang yang kita kasihi tidak begitu menyakitkan
ketika kita menyadari bahwa orang percaya yang meninggal menjalani suatu
kehidupan yang jauh lebih baik di Surga daripada yang mereka miliki di bumi.
Kematian
mereka adalah kehilangan kita, bukan mereka yang kehilangan. Mereka menerima warisan
utama yang hanya bisa didapatkan melalui kematian karena “daging dan darah
tidak dapat mewarisi kerajaan Allah.”
Suatu hari,
warisan yang luar biasa yaitu, kerajaan Allah juga menanti kita. Sangat luar
biasa, kita mati untuk itu!
Hak Cipta ©
Sharon Elliott, digunakan dengan izin.