Yohanes 13: 4-5
Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia
mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia
menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya
lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.
Bacaan
Alkitab Setahun Mazmur 38; Kisah Para
Rasul 10; Keluaran 25-26
Teman saya Leslie menceritakan kisah saat ia bekerja di ruang penitipan anak-anak di
gereja selama acara khusus akhir pekan. Saat mencium aroma balita di depannya
menunjukkan perlunya bahwa
anak itu perlu diganti popoknya.
Diangkatnya
si kecil ke meja ganti, Leslie mulai mengganti satu popok yang sangat bau. Meskipun dia
bekerja dengan cepat, Leslie tetap saja diliputi oleh aroma yang tidak enak itu. Memalingkan
kepalanya ke samping, dia berusaha untuk menahan refleks muntahnya, tetapi tidak
berhasil.
Memperhatikan kesukaran yang dihadapinya dari seberang ruangan, Don, sesama penjaga ruang penitipan anak,
mendekati Leslie yang
terengah-engah itu dan dengan cepat turun tangan. Ia langsung mengambil alih, dia meraih
kaki anak yang gemuk itu.
"Sini, biar aku yang mengambil alih," katanya dengan entengnya.
Leslie menyingkir dan Don melanjutkan pekerjaan kotor itu. Dengan sangat lega, dia berjalan ke sisi yang
berlawanan dari ruangan itu dan mendapat udara segar.
Yang paling mengesankan saya bukan hanya karena Don adalah
seorang pria, tetapi ia juga adalah pendeta di gereja kami. Belas kasih dan
kerendahan hati ditunjukkan dengan jelas ketika pemimpin kami yang sederhana
melangkah untuk mengambil alih pekerjaan
Leslie. Tindakan Pastor Don berbicara lebih keras daripada kata-kata apa
pun yang mungkin dikatakannya, dan karakter Allah jelas terlihat dalam
tindakannya yang rendah hati.
Ketika Leslie berbagi cerita ini dengan saya, itu membuat
saya mencari di hati saya sendiri. Apakah tindakan saya mencerminkan Tuhan yang
saya klaim saya layani?
Apakah saya bersedia melayani bahkan ketika itu adalah pekerjaan kotor?
Hebatnya, Yesus, Raja segala Raja, mengikatkan handuk di pinggangnya dan membungkuk
untuk mencuci kaki para murid-Nya
yang kotor. Tindakan mengejutkan dan tak terduga ini menunjukkan betapa pentingnya
melayani satu sama lain dalam kerendahan hati. Dua ribu tahun kemudian,
tindakan Yesus masih bergema, memanggil kita untuk menjadi hamba.
Ketika saya mengikatkan celemek di pinggang saya untuk
menyiapkan makan malam hari ini, saya mengingat tindakan rendah hati Tuhan, dan
saya berterima kasih atas kesempatan untuk melayani keluarga saya. Kerinduan hatiku adalah
menjadi seperti Dia yang mencintaiku dengan cinta abadi.
Tujuan harian saya adalah untuk mencerminkan kasih Kristus
seperti yang dilakukan Pendeta Don hari itu di ruang penitipan anak-anak yang berisik
di gereja. Saya mungkin tidak benar-benar membasuh kaki suami atau anak-anak
saya malam ini, tetapi tindakan saya masih bisa mencerminkan sikap seorang
hamba yang rendah hati. Semoga, ketika saya melayani keluarga saya dan orang
lain di sekitar saya, hati
orang-orang itu kemudian akan diarahkan ke arah Tuhan, dan kehidupan
(bukan hanya popok) akan diubah.
"...dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara
kamu, hendaklah ia menjadi hambamu." (Matius 20:27)
Hak Cipta © Julie Gillies, digunakan dengan izin.