Efesus 4: 1-2
“…Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.”
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 34; Kisah Para Rasul 6; Keluaran 17-18
“Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” (Matius 18: 24)
Kerajaan Allah butuh kerendahan hati. Kerendahan hati bisa ditunjukkan dari reaksi seseorang saat mendapat tekanan. Atau saat seseorang memilih untuk tidak terpengaruh ketika dia direndahkan dan diusik.
Dunia akan menarikmu kepada dosa, tapi celakalah orang yang mengikutinya. Kita bertanggung jawab atas reaksi kita terhadap dosa. Reaksiku harus didasarkan pada nilai-nilai dan prinsip-prinsipku, bukan pada respon dari tindakan orang-orang pada umumnya.
“Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat.Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang." (Matius 18: 12-14)
Dari ayat di atas, bisa kita bayangkan kalau 99 domba itu menunjukkan reaksi seperti ini. “Hei bagaimana dengan kami? Domba itu meninggalkan kami. Dia sudah memilih jalannya sekarang.”
Kebalikan dari kerendahan hati adalah kebanggaan. Kebanggaan selalu memuji dirinya sendiri. Karena bisa melakukan sesuatunya sendiri.
Apa kamu pernah iri kepada orang percaya baru yang mendapatkan banyak perhatian? Itu jelas sebuah kebanggaan. Anak sulung di kisah Alkitab mengalami hal itu (Lukas 15: 11-31). Di sana dikisahkan tentang seorang pria yang mempunyai dua orang anak. Si bungsu menginginkan warisan dari ayahnya, setelah mendapatkannya dia pun pergi dan menghambur-hamburkan semua miliknya tanpa tersisa. Lalu kembali ke rumah dan disambut oleh ayahnya seolah seperti seorang raja.
Si sulung pun merasa tak senang dengan perhatian yang diberikan kepada saudaranya. Alih-alih senang saat adiknya pulang, dia malah cemburu. Kebanyakan orang bisa berpikiran seperti anak sulung. Kita bisa cemburu kepada seseorang yang kita anggap gak layak mendapatkan perhatian. Itu juga merupakan kebanggaan dan masalah hati. Kebanggaan menyebabkan reaksi kita menjadi negatif.
Ini adalah jenis situasi yang mengharuskan kita untuk berhenti sebelum memberikan balasan alami atau khas kita. Kita punya sifat baru yang perlu mencerminkan keserupaan dengan Kristus yang berbeda dari sifat lama kita.
Mari renungkan ucapan yang disampaikan oleh Rasul Paulus di bawah ini.
“…Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.” (Efesus 4: 1-2)
Hak cipta Bob Noebel, digunakan dengan ijin Cbn.com