Matius 6: 34
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok
mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 48; Kisah Para Rasul 20; Imamat 6-7
Kami berjalan ke ruangan yang sepi. Tangannya yang gemetaran memegangi
telapak tanganku yang berkeringat. Matanya yang merah sekilas melirik ke atas dari
kursi-kursi berwarna cerah. Kotak-kotak tisu yang tertutup bunga memenuhi pemandangan.
Sementara ibuku dan aku duduk bergandengan tangan, kami
berharap kami ada di tempat lain. Tapi, pertemuan ini penting untuk kami, kami mau mendengar bagaimana orang lain mengatasi kata ‘K’.
Selamat datang di kelompok pendukung kanker, kata pemimpin kelompok itu. Senyum kaku tampak menghiasi wajah semua orang.
Ada wanita menderita kanker pankreas. Pria usia 25 tahun
dengan kanker perut. Dan ibuku baru-baru ini didiagnosa menderita kanker payudara stadium empat. Pasien lain membisikkan nama mereka tapi tidak banyak berbagi.
Selama pertemuan itu, kami semua sedih karena kanker telah merampas hidup pasien dan kebebasan dan kebahagiaan mereka.
Satu keluarga muda yang terserang kanker pankreas ingin sekali mengunjungi Disney World tapi harus kesulitan dengan pompa morfinnya.
Ibu dan aku ingin bepergian untuk mengunjungi keluarga, tapi kami kuatir akan jauh dari jangkauan dokter yang jauhnya 200 mil.
Kami merasa terjebak, jauh dari tim medis bukanlah pilihan.
Pemimpin kelompok tidak setuju. Dia bertanya tentang
keinginan masing-masing pasien dan dengan lembut menunjukkan bahwa kehidupan akan
terus berlanjut di luar pintu dokter. Setelah pertemuan itu, pemimpin itu
menjadwalkan pertemuan dokter di Orlando sehingga keluarga muda itu bisa
menikmati perjalanan ke Disney. Seorang dokter di North Carolina menerima catatan ibu sehingga kami bisa bepergian ke sana tanpa rasa kuatir.
Sikap pria berusia 25 tahun itu terbukti paling positif dan menular.
Kanker itu menghancurkan keluarganya, kanker perut yang kembali lagi setelah berbulan-bulan
tak muncul dan ibunya meninggal karena kanker bertahun-tahun sebelumnya. Terlepas
dari kabar menyedihkan itu, dia tersenyum dan tertawa selama pertemuan itu. Pandangannya menggemakan kata-kata Raja Salomo.
"…ada waktu
untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari…" (Pengkhotbah 3: 4)
Kanker adalah hal yang berat bagi pasien dan keluarganya. Tapi
dia menantang kelompok kecil kami untuk tertawa setiap hari dan menikmati hidup hari ini tanpa harus kuatir dengan hari esok.
Tuhan membuka matamu malam itu. Aku menyadari bahwa saat kanker
merampas energi dan rambut ibuku, aku yang mencuri tawa dan kebebasannya dengan
berpegang erat pada jadwal yang kaku dan mengkuatirkan masa depan. Aku ingin
dia tinggal di rumah sepanjang hari dan tidur. Bersenang-senang itu sangat terlarang.
Tapi ibu punya rencana lain. Setelah pertemuan itu, kami memutuskan percaya dengan ucapan Yesus.
“Sebab itu
janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Matius 6: 34)
Dia bertemu dua wanita cantik di gereja. Mereka minum kopi dan
makan siang bersama, dan menertawakan banyak lelucon konyol di sore hari. Ibu berhenti
mengkuatirkan masa depan dan mulai menikmati setiap hari yang diberikan Tuhan kepadanya. Dia menyerahkan bebannya kepada Tuhan.
Bulan berikutnya, saat kami kembali ke pertemuan pendukung
kanker itu, senyumnya akhirnya menggantikan air mata kami. Pasien kanker pankreas
pergi ke Disney World dengan keluarganya dan menciptakan kenangan indah di sana.
Aku dan ibuku pergi mengunjungi keluarga kami. Kami tertawa dan
menceritakan kisah-kisah lama. Mengmudi ke rumah kami menarik perhatian banyak pengemudi
karena ibu sering menjulurkan kepalanya yang botak ke luar jendela. Tawa kami yang tanpa kuatir terdengar lebih baik daripada musik apapun.
Tuhan mau kita menikmati keluarga dan kehidupan kita di sisi surga
ini. Dia memakai pasien kanker berusia 25 tahun itu untuk menunjukkan kepadaku bahwa
sukacita sejati ditemukan ketika kita menghargai setiap hari bersama keluarga sebagai
hadiah dari-Nya dan kita meninggalkan beban kita di kaki-Nya.
Mungkin kamu baru saja menerima berita kesehatan atau keuangan yang menyakitkan, atau sebuah tragedi menimpa keluargamu. Sulit untuk tidak kuatir tentang masa depan di tengah kondisi itu. Tapi aku berdoa supaya kamu menemukan kebebasan dan sukacita ketika kamu melepaskan kekuatiranmu kepada Yesus.
Hak cipta Karen Tyner, digunakan dengan ijin Cbn.com