Yakobus
3:17-18
Tetapi
hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah,
penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak
munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk
mereka yang mengadakan damai.
Bacaan
Setahun :
Pernah nggak sih merasa menyesal setelah mengatakan sesuatu?
Inilah yang dikatakan Yakobus melalui tuntunan Roh Kudus mengenai lidah,
"Kita
mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan
jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. Dan lihat saja
kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat
dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi. Demikian
juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan
perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar
hutan yang besar." (Yakobus 3:3-5)
Mampu mengendalikan
segala sesuatu yang kuatnya seperti kapal atau kuda adalah hal yang
baik. Dan mampu mengendalikan segala
sesuatu yang berurusan dengan lidah akan memungkinkan kita menjadi murid
Kristus yang lebih efektif. Hal itu memungkinkan kita untuk berbicara mengenai
kehidupan kepada orang lain, berbicara untuk membangun, menghibur, menasihati, dan mengikat semua hal yang bukan
berasal dari Alah.
Tetapi berita buruknya, Yakobus menatakan bahwa nggak ada yang
bisa menjinakkan lidah.
Coba bayangkan, kalau udah nggak ada manusia yang bisa
menjinakkan lidahnya, harapan seperti apa yang ada? Harapannya, seperti yang
kamu duga, hanya ada di dalam Yesus Kristus.
Ketika kita dilahirkan kembali secara rohani, itu artinya kita dilahirkan dengan kemampuan mengundang kuasa Roh Kudus untuk memberi kita kebijaksanaan dan kesederhanaan.
Jadi, jika kamu seperti saya, maka kamu tidak akan pernah
mengatakan sesuatu yang akan kamu sesali begitu kamu dilahirkan kembali sebagai
orang percaya, benar? Yap, tentu saja tidak.
Ketika saya membaca bagian ini, saya mulai mencari cara gimana
saya mampu lebih efektif menjembatani lidah saya dan menggunakannya untuk
membangun.
Lihat deh yang ditawarkan Yakobus dalam ayat ini.
"Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan
diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan
kebenaran! Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari
nafsu manusia, dari setan-setan. Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan
diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat."
(Yakobus 3:14-16)
Iri hati dan mementingkan diri sendiri disebut dua kali dalam ayat tersebut. Entah kamu
berdoa atau tidak untuk seseorang
ataupun membagikan Firman, jika disana ada kecemburuan atau selfish
dengan apa yang kita katakan maka itu bukanlah dari Tuhan.
Kita nggak harus berbohong untuk melawan kebenaran ini. Pada
dasarnya membayangkan Tuhan berkata, "Siapa yang bercanda? Kamu tahu, Aku
tidak akan membiarkan kamu mengatakan sesuatu yang iri atau mementingkan diri
sendiri melalui namaKu."
Kita nggak bisa menilaiapa yang kita katakan hanya dengan
kata-kata itu sendiri, tapi melalui kebijaksanaan rohani, kita pun tahu dari
mana kata-kata itu diucapkan.
Yakobus menggunakan beberapa istilah yang sangat kuat untuk
menggambarkan kebijaksanaan mana yang mementingkan diri sendiri, iblis dan
kejahatan hanyalah dua diantaranya.
Ketika kita ingin bicara sesuatu, sebaiknya berhentilah
sebentar dan bertanya pada dirimu sendiri :
1. Apakah yang akan ku katakan berdasarkan rasa iri ?
2. Apakah aku hanya akan membicarakan diriku sendiri?
Jika kita menjawab 'ya' untuk semua ini, maka kita harus
menunggu waktu untuk bicara. Yakobus memberi kita kualitas untuk menilai
kebijaksanaan buruk, tetapi dia juga sudah memberi kita kualitas untuk
mengetahui kebijaksanaan baik. Ayo, kita
lanjutkan dalam bab ini.
"Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni,
selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang
baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran
ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai." (Yakobus
3:17-18)
Sebelum kita bicara, kita juga harus bertanya kepada diri
sendiri mengenai hal-hal berikut, mengenai apa yang akan kita katakan :
1. Apakah itu murni atau adakah kebingungan atau
ketidakpastikan?
2. Apakah itu perkataan damai?
3. Apakah kita berkata dengan lembut?
4. Jika kita berkata, apakah kita akan bersedia untuk menyerah
?
5. Apakah kata-kata itu adalah ungkapan sayang?
6. Apakah kata-kata itu bebas dari kemunafikan atau
keberpihakan?
Ini adalah dua daftar yang harus kamu periksa yang Tuhan
berikan kepada kita. Jika kita menaruh kebijaksanaan dibelakang daftar pertama
maka akan menyebabkan api yang menimbulkan kekacauan. Sebaliknya, jika kita
bijak dalam daftar kedua maka kata-kata kita akan membangun dan menghasilkan
buah yang benar.
Hak Cipta © Jonathan Santiago, digunakan dengan izin.