Percayakah Kamu Kalau Kasih Karunia Tuhan Itu Cukup? Tuhan Menunggu Jawabanmu
Kalangan Sendiri

Percayakah Kamu Kalau Kasih Karunia Tuhan Itu Cukup? Tuhan Menunggu Jawabanmu

Lori Official Writer
      4912

2 Korintus 12: 9

"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna."


Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 76; Roma 4; Bilangan 35-36

Penyakit Alzheimer ini benar-benar menyerangku. Aku sering lupa dengan hal-hal yang kuucapkan dan lakukan. Konsep waktu, kosakata sederhana dan nama-nama yang tak asing, semuanya terlupakan.

Waktu aku melihat petugas pemadam kebakaran dengan celana pendeknya berdiri di sebuah rumah yang terbakar, aku pikir itu adalah awal bulan Maret. Bukan akhir bulan Agustus setelah musim panas yang terik. Lalu pada 8 Desember aku yakin itu adalah hari setelah Natal. Bahkan pernah aku berpikir kalau namaku Pat, bukan Kay.

Aku juga pernah lupa dimana rumahku. Sehabis lepas landas dari pesawat, aku sama sekali tak lagi ingat dengan nama kota tempat asalku, seperti apa rumahku, dari bandara mana aku terbang dan sebagainya.

Di tahun 1999, aku benar-benar takut dengan apa yang akan terjadi padaku dan suamiku ke depan. Saat berada di tengah keputusasaan, aku berdoa mencari kekuatan, keberanian dan pengertian tentang apa yang Tuhan mau dariku.

Tuhan berbicara begitu jelas, seolah aku mendengar kata-kataNya. Dia berkata, ‘Kalau kamu menolak sampai kamu tak lagi bisa melakukan apa-apa dan tak tahu apa-apa selain KasihKu, apakah itu cukup? Apakah kamu akan puas?”

Apakah kasih Tuhan cukup? Ukuran nilai yang aku tetapkan terlalu terikat dengan seberapa produktifnya aku. Aku ragu apakah aku bisa puas kalau ternyata hidupku tidak produktif.

Aku bergulat dengan Tuhan dan meyakinkan diriku, “Aku bersedia hanya dengan menerima KasihMu. Tapi aku mau Engkau mengajariku cara untuk menerimanya.”

Setelah itu, aku akhirnya tahu kalau aku mengalami keracunan merkuri. Setelah menjalani pengobatan dan membuang racun itu dari dalam tubuhku, kemampuan kognisiku meningkat pesat. Tuhan benar-benar memberiku kesempatan kedua.

Kondisiku tak langsung sembuh. Aku mengalami sakit kepala yang sangat mengganggu. Hari-hariku dipenuhi dengan sakit kepala sebelah atau migrain. Dokter sendiri tak tahu persis apa penyebab rasa sakit itu. Rasa sakit inipun membuatku menjadi kurang produktif. Selama empat bulan, aku hanya bisa merasa bebas dari migraine selama satu setengah hari.

Lalu Tuhan kembali bertanya, “Apakah Aku cukup bagimu? Apakah kamu puas hanya dengan mengenal KasihKu?”

Penyertaan Tuhan dalam hidupku nyata. Aku benar-benar mengalami kasih, berkat dan kekuatan-Nya di tengah-tengh rasa sakitku. Aku tahu kalau kasih karunia-Nya cukup.

Selain itu, aku bahkan menyadari kalau aku merasa puas dengan kasih-Nya. Aku memang berada di masa-masa sulit (Yakobus 1: 2-4). Tapi Tuhan selalu menyertaiku dan tak pernah meninggalkanku (Ibrani 13: 5-6). Dia melakukan semua hal di dalam diriku untuk mendatangkan kebaikan dan kemuliaan bagiNya (Roma 8: 28-29). Dia juga setia dan bisa dipercaya (Ulangan 7: 9).

Di dalam belas kasih Tuhan, aku mengalami kesembuhan total. Migrain ku benar-benar hilang sepenuhnya lewat perawatan yang ditawarkan oleh seorang temanku. Aku memang tak ingat kapan tepatnya aku mulai merasa baikan. Tapi aku bersyukur atas kasih Tuhan dalam hidupku.

Tuhan itu cukup bagiku.

Ya. Tuhan bukan hanya hidup. Dia memilihku, mengasihiku, dan selalu bersamaku bahkan sampai akhir jaman (Matius 28: 20). Jadi, kalau kamu bertanya, “Apakah Tuhan itu cukup bagimu?” Jawabannya adalah Ya. Yesus sudah memberikan segalanya untuk kita. Dia memenuhi segala kebutuhan kita (Efesus 1: 23) dan Dia mau menjadi milik kita semua. 


 

Tuhan adalah bagian kita. Kasih-Nya cukup bagi kita

 

Hak cipta Katy Camenisch, digunakan dengan ijin.

Ikuti Kami