Matius 22:39
“Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 52; Kisah Para Rasul 24; Imamat 14-15
Saya nggak yakin jika kita
sering melihat bahwa cinta dijadikan sebagai pilihan. Kita dibesarkan dengan
sebuah imajinasi yang fantastis dan menyapu kita ke tempat-tempat di mana kita akan jatuh cinta sampai tak berdaya dengan orang lain.
Melihat film hari-hari ini,
mungkin orang berpikir bahwa ketika perempuan cantik menolak dicintai maka itu
tak akan ada gunanya, seolah-olah cinta sudah menangkapnya sehingga dia tidak berdaya lagi dalam cengkeramannya.
Seolah-olah, kita sedang mengharapkan
bahwa cinta yang demikian akan datang kepada kita. Kita menjadi pasif dan
menunggu kekuatan cinta yang dasyat untuk memukul kepala kita. Sayangnya, tidak selalu begitu.
Pada musim gugur tahun 2003
lalu, saya pindah ke Republik Dominika dan masuk ke sebuah komunitas
missionaris yang kecil. Tumbuh di kota yang nyaris dan tidak terlihat di peta,
saya terbiasa dengan etika di sana. Semua orang saling kenal dan tak satupun
bisa melakukan sesuatu tanpa semua orang di sana tahu. Tetapi di Republik Dominika
ini, saya awalnya menolak untuk berbaur dengan mereka. Saya memasang tembok dan menjaga jarak dengan semua orang.
Sepertinya saya memang mencintai
mereka, tetapi sungguh, saya cuma ingin
hidup berdampingan dengan mereka, sambil menunggu cinta untuk menghampiri saya.
Tapi akhirnya, saya mulai
melihat bahwa cinta yang mengalir dari saya kepada mereka tidak alami dan
tulus. Itu bukan kesalahan mereka yang ada di sana , tetapi ini adalah kesalahan saya.
Saya merasa, bahwa Allah
sudah menjatuhkan saya di sebuah desa terpencil tanpa ada pilihan apa pun selain melakukan yang terbaik dan mencintai mereka dengan tulus.
Meskipun itu semua butuh waktu, tetapi saya akhirnya bisa melakukannya.
Karena di sana tidak ada
lampu listrik, sering sekali nggak ada yang bisa kulakukan selain duduk di
bawah cahaya lilin dan berbicara selama berjam-jam dengan mereka. Sungguh
kehidupan yang sederhana, dan hal itu membuat kepura-puraan saya mulai berkurang.
Melalui perjumpaan yang
seperti itu, saya belajar bahwa bukan cinta yang memiliki kita, tetapi kita sendiri yang memilihnya. Cinta itu tindakan!
Demikian pula, jika kita
melihat pasal pertama di Kitab Ruth, dimana kita tahu bahwa Ruth memilih untuk
mencintai Naomi bahkan ketika dia diperhadapkan dengan segala konsekuensi yang ada.
Jika Ruth berbalik dan
meninggalkan Naomi, maka dia mungkin tak akan menikah dekat Boas dan menjadi
wanita yang penting saat itu. Dia masih muda, dan sebenarnya, dia bisa
melakukan sesuatu dalam hidupnya jika dia tinggal bersama bangsanya sendiri seperti yang dikatakan Naomi. Nyatanya, Ruth menjawab :
"Tetapi kata Ruth:
"Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti
engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana
engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan
Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah
aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari
pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!" (Rut 1:16-17)
Di dalam Rut 1:8, kita membaca bahwa Naomi
akhirnya menyadari bahwa Rut “sudah bertekad.” Kasih yang dibawah standar tidak
akan cukup. Dibutuhkan sebuah keputusan, hampir seperti cinta yang gigih untuk
membuktikan pada Naomi bahwa Rut serius dengan komitmennya. Naomi adalah hampir
satu-satunya keluarga yang dimiliki Rut. Mungkin dia bukan anggota keluarga
yang dipilih Rut untuk dicintainya, tetapi Rut memutuskan untuk mencintainya juga.
Kita semua telah disatukan di
bumi ini karena suatu alasan dan kesulitan cinta itulah yang membuatnya menjadikannya sangat kuat.
Ketika kita nggak punya
pilihan mengenai siapa yang akan kita cintai maka cinta itu akan menjadi sulit. Mungkin kita perlu berhenti menunggu perasaan cinta.
Tetapi faktanya adalah,
ketika kita tidak bisa memilih orang yang kita cintai, maka kita memilih untuk mencintai orang yang kita miliki maka ini adalah pengalaman yang lebih bermakna.
Dan dengan melakukan itu,
kita bisa mencerminkan cinta Tuhan yang sudah memilih untuk mencintai kita sebelum ada di antara kita yang mengasihi-N)ya.
1 Petrus 1:22:
"....hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu."
Jenis cinta ini bukanlah kata
benda, bukan juga kata sifat tetapi kata kerja. Tetapi ini adalah tindakan yang
disengaja, seperti itulah kasih Bapa kita dan cinta yang Ia perintahkan agar kita miliki kepada satu sama lain.
Hak Cipta Kim DeHoog.
Digunakan dengan izin.