Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu
jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju
kepadamu.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 35; Kisah Para Rasul 7; Keluaran 19-20
Kamu harus tahu ada sesuatu yang salah saat kamu melewati
banyak mobil mogok di perjalanan yang biasanya mulus. Pada Juli 2018, sebuah
truk pengiriman barang mengisi bahan bakar yang salah di tangki bawah tanah di
beberapa pompa bensin. Banyak pengendara asal Virginia yang malah mengisi tangki gas regular mereka dengan diesel. Akibatnya, beberapa mobil tergagap-gagap di jalan raya dan yang lain mogok total.
Aku sering memikirkan para pengemudi itu. Adalah hal yang tepat
kalau mereka mengisi bahan bakar dengan yang berlabel regular. Tapi kenapa mereka malah memilih yang lain?
Raja Salomo, salah satu pemimpin terbesar Israel, dihormati karena
kebijaksanaan ilahinya, menulis kata bijak tentang mendapatkan hal yang tepat seperti
dalam Amsal 14: 12, “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.”
Aku menyadari langkah itu. Itu juga yang disampaikan oleh kebanyakan
orang kepadaku. Dimana aku mencari tahu apa yang membuatku bahagia dan bagaimana
mendapatkannya, jalan yang serba bisa untukku. Aku menghabiskan waktu melakukan
hal-hal yang aku sukai, membeli barang-barang yang aku sukai, dan mencari kehidupan
yang aman dan nyaman. Aku memutuskan mana yang benar dan salah, mana yang adil dan tidak adil.
Gak ada yang salah dengan itu bukan? Toh aku tidak menyakiti siapa-siapa.
Kita semua terkadang berpikir seperti ini. Masalahnya adalah pikiran seperti itu bisa membawa kita ke jalan yang gelap.
Salomo menyampaikan kalau hal seperti itu berakhir dengan
kematian. Kematian rohani. Memisahkan kita jauh dari jalan Tuhan. Sekarat, terpisah dari hidup berkelimpahan yang direncanakan Allah bagi kita.
Perintah pertama yang diberikan kepada Musa berkata. “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.” (Keluaran 20: 3)
Kita tak bisa menghabiskan hidup kita mengejar kesenangan,
hidup dengan kode etik kita sendiri atau selalu mengutamakan diri sendiri. Semua
itu hanya membuat kita jauh dari Tuhan, karena kita membuat dewa kecil atas
diri kita sendiri. Saat kita percaya dan menaati Tuhan, kita menempatkan Dia di
tempat yang selayaknya sebagai Tuhan atas hidup kita. Kita menyelaraskan keinginan
kita dengan apa yang Tuhan mau. Kita menghormati wewenang-Nya dalam hidup kita sebagai Bapa Surgawi kita.
Yesus kita adalah contoh sempurna dari hubungan yang akrab dengan
Bapa. Dia mencari waktu sendirian dengan Dia, nasihat dari-Nya, dan Dia benar-benar
menyerahkan diriNya dalam rencana Allah. Bahkan dihadapan penyaliban, Yesus
berkata: "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau
mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." (Lukas 22: 42)
Saat Allah menyerahkan Sepuluh Perintah kepada Musa untuk
umat-Nya (Keluaran 20: 1-20). Itu bukanlah daftar yang harus dilakukan dan tidak
dilakukan, seperti yang mungkin ditafsirkan oleh beberapa orang. Itu adalah hubungan
tegak lurus Allah dengan manusia. Dia mau kita hidup berkelimpahan, bukan dalam
kematian. Tapi hidup dengan tujuan.
Ya Tuhan Yesus, tolong bantu kami untuk mengetahui kapan kami mulai mengisi kapal-kapal duniawi kami dengan kehampaan dunia ini. Kami butuh tuntunan dari Roh Kudus karena kami cenderung tersesat tanpa menyadarinya. Terima pengakuan kami, oh Tuhan yang berbelas kasih. Kami bersalah menempatkan diri dihadapanMu. Kami tidak ingin memiliki tuhan lain selain Engkau. Ampunilah kami, ubahkan kami dan selamatkan kami dari diri kami sendiri, taruh kami dijalanMu. Terima kasih atas rahmat dan kesetiaanMu yang tak berkesudahan. Amin
Mereka yang hanya mengikuti kode etik mereka sendiri hanya akan dibawa jauh
dari kehendak Tuhan
Hak cipta Beth Patch, digunakan dengan ijin.