2 Korintus 4: 8-9
"Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa."
Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 8; Yohanes 18; 1 Raja-raja 3-4
“Burung yang takut turbulensi tidak akan pernah tahu seberapa tinggi dia bisa terbang,” ucap seorang filsuf Afrika. Pernyataan itu membuatku menghargai turbulensi atau gangguan angin di udara saat naikberada di ketinggian, setelah melewatinya selama 15 jam dalam pernerbangan yang aku lewati. Tahukah kamu, supaya kita tiba di tempat tujuan sebuah pesawat memang harus melewati turbulensi. Tanpa turbulensi, pesawat nggak akan bisa lepas landas.Di tengah goncangan, Kapten akan berkata, “Penumpang sekalian, Kapten sudah menyalakan sabuk pengaman. Kita sekarang sedang melintasi zona turbulensi. Silakan kembali ke tempat duduk dan pakailah sabuk pengaman Anda. Terima kasih.”
Banyak di antara kita yang mungkin belum tahu kalau turbulensi sebenarnya merupakan bagian dari proses yang harus kita hadapi saat berada di ketinggian udara. Turbulensi ini bisa terjadi karena pertemuan arah angin yang berbeda. Dan semua pesawat sudah dipasang dengan standar keselamatan terbaik saat menghadapi turbulensi. Karena itu, kita tak seharusnya takut saat berada di tengah-tengah situasi tersebut.
Sebagai mahluk yang diciptakan segambar dengan Allah, kita juga sebenarnya sudah dilengkapi dengan alat canggih yang bisa kita pakai untuk bisa bertahan saat menghadapi turbulensi dalam hidup. Karena itulah kita seharusnya tidak perlu takut akan apapun juga. Kalaupun turbulensi itu sangat menakutkan, kita memang harus melewatinya supaya bisa sampai pada tujuan kita. Tuhan akan selalu menyediakan sabuk pengaman supaya kita tetap merasa nyaman. Berikut tiga sabuk pengaman yang diberikan Tuhan kepada kita:
Dalam Kejadian 1: 27 dan Mazmur 139: 13 menyampaikan bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya…laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Dan Dia telah membentuk kita di dalam kandungan. Itu artinya bahwa Tuhan menciptakan kita dengan menyuntikkan DNA-Nya di dalam kita supaya dengan hal itu kita bisa bertahan melewati rintangan arus yang berbeda. Saat kita mengalami kesakitan, DNA penyembuhan-Nya bekerja dalam kita. Atau kalau kita mengalami gejolak kesedihan, DNA sukacita-Nya juga memulihkan kita. Setiap turbulensi yang kita hadapi bisa kita hadapi karena kita punya DNA-nya Tuhan sendiri.
2. Firman Tuhan yang menuntun kita
Mazmur 119: 105 berkata, “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” Waktu masa-masa sulit datang, kita hanya perlu memperkatakan Firman Tuhan atas kondisi kita. Tuhan berkata kalau Dia terus bekerja melalui firman-Nya. Hal membahagiakan yang bisa kita syukuri dari hal ini adalah bahwa kita sudah ditetapkan jadi seorang pemenang.
3. Allah mengirimkan Roh Kudus sebagai penolong kita
Yohanes 14: 16 menyampaikan kepada kita tentang janji Tuhan soal seorang penolong yang lain yang akan dikirimkan-Nya yaitu Roh Kudus. Dengan Roh Kudus, kita akan merasa aman dan tenang. Kita hanya perlu meminta pertolongan-Nya saat kita perlu dan mulai taat.
Jadi bagaimana kita bisa menerapkan kebenaran sederhana ini saat kita menghadapi masa turbulensi? Pertama, kita perlu mengucapkan kebenaran ini dengan suara yang nyaring kepada diri kita sendiri. Saat kita mendengar apa yang kita ucapkan, maka hal itulah yang akan membangun iman kita dan memberi kita kekuatan di saat menghadapi goncangan. Kedua, kita perlu bersyukur bahwa turbulensi itu tidak selamanya akan kita alami. Ketiga, kita perlu memuliakan Tuhan melalui pujian kita. Jadi marilah menggunakan turbulensi sebagai landasan untuk mempercayai Tuhan danbiarkan sabuk pengaman rohani kita terpasang setiap waktu.
Satu-satunya kunci untuk kita bisa merasa aman dalam setiap goncangan hidup adalah bahwa Tuhan selalu ada bersama kita