Mazmur 126:5-6
Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]amsal18[/kitab]; [kitab]efesu1[/kitab]; [kitab]pengk1-2[/kitab]
"Karen, ayahmu mengalami penurunan kondisi." Pesan dari suami saya ini masuk saat saya sedang check in ke hotel setelah melakukan perjalanan ke pegunungan.
Tiba-tiba suasana hati saya berubah menjadi muram. Saya bisa merasakan ajalnya sudah mendekat. Ayah saya telah lama menderita dan keadaannya terus mengalami kemunduran selama beberapa bulan terakhir. Saya memutuskan untuk segera pergi ke ruang perawatan.
Ketika menyusuri jalan bebas hambatan, pikiran saya penuh dengan semua pasang surut yang telah kami alami selama bertahun-tahun. Saya dipenuhi kenangan - saat beliau dan saya bernyanyi duet di makan malam Pramuka! Pada saat kami menunggang kuda bersama di sebuah peternakan di Arizona. Pada saat beliau berhenti berbicara dengan saya selama enam bulan karena kami memiliki beberapa ketidaksepakatan mendasar tentang agama. Pada saat beliau dan saya berdoa bersama untuk pengampunan Tuhan. Pada saat beliau memegang cucu pertamanya dan kemudian cicitnya yang pertama dengan kelembutan yang sama.
Saya tiba pukul 1:30 sore itu dan saudara perempuan saya June dan suaminya Harry bergegas beberapa jam kemudian. Kami bergabung dengan ibu kami di tempat tidur ayah. Beliau telah mengalami koma dan tidak bisa lagi meremas tangan saya saat saya memegangnya.
Kepala perawat memasuki ruangan, lalu memberi tahu kami dengan tenang bahwa ayah kami berada di saat-saat terakhir hidupnya.
Saya hampir tidak bisa berdiri untuk menyaksikan perjuangan ayah. Setiap bantuan napas diusahakan. Ya Tuhan, lepaskan dia, doa saya. Beliau telah lama menunggu sentuhan tangan penyembuhan-Mu. Saya mengembalikannya kepada-Mu, ya Tuhan.
Tiba-tiba sebuah bagian dari Alkitab muncul dalam pikiran. Dengan cepat, saya membalik ke Konkordansi di belakang Alkitab saya dan di sana saya menemukan kata kunci yang membawa saya ke ayat yang saya inginkan.
Pada saat itu, saya memiliki pemahaman yang sama sekali baru tentang apa yang terjadi di depan mata saya. Saya membaca bagian itu dengan lantang:
"Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13-14).
Ayah sedang mengarah ke tujuan! Beliau berada di dalam lomba lari terakhir di dalam kehidupannya. Tentu saja beliau tidak bisa meremas tangan saya. Tentu saja beliau tidak bisa berputar dan menyatakan kehadiran kami. Tentu saja beliau sibuk dengan apa yang terjadi padanya. Dan tentu saja beliau lagi terengah-engah dan nafasnya begitu cepat keluar-masuk. Itulah yang dilakukan pelari - terutama ketika mereka berada di dalam jalur yang sebenarnya. Mereka mendorong diri mereka agar mencapai tujuan itu.
Itu adalah momen pribadi antara Tuhan dan ayah saya. Dan saya memiliki hak istimewa untuk mengamatinya. Suasana muram saya mulai terangkat. Sedikit sulur kedamaian - bahkan sedikit kegembiraan - merayap ke permukaan. Saya tidak bisa menjelaskannya. Ayah hampir meninggal dunia dan saya merasa bahagia!
Adik saya dan saya mencium selamat malam kepada ibu dan ayah kami pada pukul 9:00. Kami berniat untuk kembali pada pukul 7:00 pagi keesokan harinya. Namun, malam itu telepon berdering. Telepon tersebut berasal dari perawat rumah sakit.
"Ayahmu sudah pergi," ujarnya.
Realitas. Akhirnya. Ayah telah meninggal.
Beliau telah melewati garis akhir - dan sekarang beliau memperoleh seluruh hadiah dari apa yang beliau jalani begitu lama – yakni hidup di dalam panggilan Tuhan. Momen yang tidak terlupakan - untuk kami berdua. Puji Tuhan yang menghibur kami dalam kesedihan dengan mengubah kabung menjadi sukacita!
Hak Cipta © 2013 Karen O'Connor. Digunakan dengan izin.
Bersyukur Kepada Tuhan karena Ia Menyediakan Upah bagi Setiap Orang yang Setia di Dalam Panggilan-Nya Sampai Akhir!