Mazmur 91:1-2
Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai."
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]amsal7[/kitab]; [kitab]yohan17[/kitab]; [kitab]itawa27-28[/kitab]
Kamu mungkin pernah mendengar istilah "kita adalah bejana" atau "kita adalah tempat kudus" dan bertanya-tanya apa maksudnya. Kata-kata ini seringkali menggambarkan seorang Kristen. Ada lagu rohani populer dengan lirik yang meminta Tuhan untuk mempersiapkan kita menjadi tempat sucinya. Saat kita berdoa, kita mungkin meminta Tuhan untuk menjadikan kita sebagai sebuah bejana kehormatan. Kedua kata ini (Bejana dan Tempat Kudus) bisa diartikan tempat tinggal bagi kehadiran Tuhan.
Hati kita dapat menjadi tempat tinggal bagi Tuhan. Saat kita bersekutu denganNya, kita bisa merasakan kehadiran-Nya. Bisa di gereja, tempat kerja, atau di rumah kita. Kadang kala saya merasakan kehadiran-Nya begitu kuat dan lain kali hanya mengetahui bahwa Ia benar bersama saya di dalam aktivitas sehari-hari saya. Firman-Nya mengatakan kepada saya bahwa Ia akan menyembunyikan saya di bawah bayang-bayang sayap-Nya jika saya tinggal di tempat rahasia itu.
Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai." (Mazmur 91:1-2)
Baru-baru ini saya kehilangan satu-satunya saudara perempuan. Saya mendengar Tuhan berbicara kepada saya bahwa Ia sedang mengantarnya pulang. Beberapa jam kemudian dia pun meninggal dunia. Kehadiran-Nya tinggal bersama saya untuk menghibur saya sejak hari itu. Saya merasakan lengan-Nya di sekeliling saat saya memegang adik perempuan saya dan berkata, "Saya mencintaimu dan tidak tahu bagaimana saya akan hidup tanpamu, tetapi saya akan melakukannya."
Saya hanya bisa mengatakan itu karena saya mengenal Tuhan saya dan tahu bahwa Ia pasti membawa saya melewati minggu pertama ketika tidak ada orang lain yang bisa mengerti peristiwa kehilangan yang saya alami, kecuali tentu saja keluarga saya.
Saya merasakan kenyamanan dan kedamaian, meski kadang-kadang saya merasakan terputus dengan Tuhan. Saya tahu saya akan memiliki anak, cucu, cicit, dan keluarga saudara perempuan saya. Dia meninggalkan seorang suami, lima orang anak, enam orang cucu, dan satu orang cicit. Saya tahu mereka masih keluarga saya, tetapi pada saat itu hanya Tuhan yang benar-benar bisa menghibur saya.
Dalam segala hal yang kita lalui, kita harus membiarkan Ia menjadi fokus kita. Hal ini bisa tertolong ketika kita diperhadapkan dengan dukacita, cobaan, dll. Saya tahu pada waktunya emosi saya akan sembuh. Saya akan memiliki saat-saat air mata turun, tetapi saya telah memilih untuk mengizinkan Tuhan menunjukkan jalan-Nya di dalam hidup saya. Saya akan memercayai-Nya untuk melakukan yang terbaik bagi saya dan untuk orang yang saya cintai. Saya ingin memberikan hati dan jiwa saya sebagai tempat kediamanNya, rumah bagi hadirat Tuhan. Dengan melakukan ini, saya tahu bahwa saya dapat menghadapi segala rintangan di kehidupan ini.
Meskipun merasa seolah-olah hati saya akan hancur saat melihat tubuh saudara perempuan terbaring kaku tak berdaya, saya berbagi dengan keluarga dan teman bahwa hidup kita adalah uap dan kita harus mengenal Tuhan. Ipar laki-laki saya meminta saya untuk menceritakan apa yang Tuhan katakan kepada saya pada pagi hari bahwa saudara perempuan saya akan meninggal dunia. Saya mencoba menjadi kuat dan menghibur keluarga saudara perempuan saya karena itulah yang dia harapkan dari saya. Dia selalu membiarkan saya mendoakannya dan menceritakan beberapa hal yang Tuhan lakukan di dalam hidup saya, jadi saya tahu dia ingin saya berbagi momen berharga ini dengan keluarganya.
Saya menceritakan kepada mereka tentang kejadian pagi saya, bahwa saya bangun pagi-pagi sekali, dan tidak dapat kembali tidur. Saya sedang memikirkan adik saya dan tentang hari dimana saya harus mengucapkan selamat tinggal. Saya bangkit dan mulai menulis surat kepadanya dan memikirkan dua lagu yang ingin saya nyanyikan di pemakamannya.
Setelah menulis sebuah paragraf pendek, saya sadar bahwa saya harus kembali tidur karena saya harus bekerja lebih awal dari biasanya pada hari itu. Dalam kesunyian saya mendengar Tuhan berkata, "Istirahatlah, saya akan membawanya pulang." Saya pikir, itulah jaminan saya bahwa dia telah diselamatkan. Seminggu sebelumnya, dalam tiga kali kesempatan terpisah, saya telah mengajukan dua pertanyaan kepada saudara perempuan saya. Saya bertanya, "Sudahkah kamu meminta Yesus untuk mengampuni dosa-dosamu? Dan, apakah Ia telah menjadi Juruselamat pribadimu?" Audrey pun mengangguk kepalanya kepada saya.
Saya dihibur oleh Tuhan – Ia meyakinkan saya bahwa suatu hari ketika saudara perempuan saya ini meninggal dirinya akan memasuki gerbang surga. Saya tidak tahu kapan hal itu akan terjadi. Saya sampai di tempat kerja jam 7:00 pagi. Keponakan saya menelepon saya jam 8:30 pagi dan mengabarkan bahwa ibunya telah meninggal sekitar satu jam setelah saya tidur pagi itu.
Agar saya bisa melayani orang lain saat melihat saya, dan di depan gereja di pemakaman, hanya dua hari setelah dia pergi bersama Tuhan, peristiwa itu membuat saya sadar dan mengetahui bahwa Tuhan dapat tinggal di hati yang hancur. Saya buktinya! Ia tinggal di tempat di mana Ia disambut. Kamu bisa mengundang-Nya pada hari ini untuk dirimu sendiri.
Hak Cipta © Cathy Irvin. Digunakan dengan izin.
Tuhan Hanya bisa Tinggal dan Memerintah di Dalam Dirimu, Apabila Kamu Mengizinkannya Masuk ke dalam Hatimu.