Filipi 3:10-11
Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.
Bacaan Alkitab Setahun [kitab]Mazmu83[/kitab] ; [kitab]0Roma11[/kitab] ; [kitab]Ulang13-14[/kitab]
Saya berdiri di ikon kota San Francisco, Jembatan Golden Gate. Saya kagum. Rasa terpesona saya bukan hanya karena keajaiban jembatan itu tapi bagaimana hal itu mengajarkan saya tentang Tuhan.
Bagi saya, apa yang dituliskan di Yesaya 55: 8-9 adalah seperti gambaran baja dan beton yang sangat besar , "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."
Jembatan gantung ini tergantung pada dua menara dimana menggantung dua kabel sepanjang 6750-kaki yang dengan rentang 4200 kaki. Setiap kabel memiliki diameter tiga kaki dan terbuat dari 3/16 inchi kawat - dan ada 27.562 kawat. Ya, 27.562 kawat dijadikan satu dalam masing-masing kabel.
Kedua kabel besar yang menjulang ke langit - tetapi pada hari berkabut, yang merupakan sebagian besar waktu seperti itu di sini- mereka tertutup kabut. Dan dari bawah hal itu sekilas seperti melihat sorga.
Hal itu menunjukkan kepada saya tentang bagaimana kita mengenal Tuhan karena teologi dapat menyelidiki kompleksitas tak berujung dari isi Alkitab dan sistematis teologi-seperti banyaknya kawat di setiap kabel.
Beberapa orang percaya bisa begitu kompleks saat berpikir tentang Allah sehingga mereka kehilangan pandangan akan kesederhanaan yang Yesus tunjukkan tentang Tuhan. Orang percaya lainnya bisa begitu sederhana dalam berpikir sehingga mengabaikan kompleksitas yang mengakibatkan mereka kehilangan keindahan sebuah penyerdehanaan yang menyatukan semua kompleksitas.
Seperti semua kawat-kawat itu yang menjadi satu kabel, semua kompleksitas teologi dapat akhirnya tergabung dalam pernyataan seorang teolog abad kedua puluh Karl Barth, ia memberikan jawaban ini di Princeton University, saat ada pertanyaan tentang apa wawasan teologis terbesarnya. Dia mengatakan, "Yesus cinta padaku, ini aku tahu, karena Alkitab mengatakannya." Benar.
Kompleksitas dalam kesederhanaan. Setiap usaha untuk memahami Tuhan (apa yang kita sebut teologi) pada satu sisi sangat kompleks dan di sisi lain sangat sederhana-mirip dengan cara untuk memahami mesin mobil yang kompleks, namun menyalakannya dengan sebuah kunci sangat sederhana.
Dan kabel yang kopleks/sederhana itu berdiri seperti mengambang . Saya bisa berdiri di sana sepanjang hari dan tidak pernah melihat dasar atau puncak dari menara yang menopangnya -seolah-olah seluruh hal itu hanya imajinasi.
Tapi itu bukan imajinasi untuk ratusan ribu mobil dan ribuan pejalan kaki yang melintasi jembatan itu setiap hari.
Saya tahu puncak menara itu benar-benar ada. Karena mereka harus. Jika mereka tidak, kabel dan seluruh jembatan akan runtuh.
Setiap kali kita menderita dan bertanya mengapa, atau bertanya-tanya tentang Tuhan dan mencoba untuk memahami, kita mengajukan pertanyaan yang sepertinya kabel yang rumit dan sederhana yang terlihat tidak jelas. Untuk ketinggian tertentu, kita bisa melihat dan memahami, sebagaimana Allah membuat bukakan dalam Alkitab atau mengungkapkan kepada kita melalui pengalaman. Tapi melihat lebih jauh, kita melampaui apa yang dapat kita lihat. Pertanyaan dan jawaban sering terlihat kabur dimana sepenuhnya berada dalam kendali Allah, dan seringkali di luar pemahaman kita.
Tapi seperti yang kita tahu puncak yang kadang tertutup kabut itu ada -karena jika mereka tidak ada seluruh jembatan akan runtuh-kita juga tahu Allah ada di sana-karena jika Ia tidak ada seluruh dunia akan hancur berantakan. Seperti yang dituliskan dalam Ulangan 29:29 mengatakan, "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini."
"Tuhan Allah, semoga kami bertumbuh dalam iman dan kebijaksanaan untuk mengetahui bagaimana kesederhanaan kadang membungkus oleh kerumitan. Dan semoga kami selalu percaya ketika sesuatu melampaui apa yang dapat kami lihat atau tahu. Karena kita memang berjalan dengan iman dan bukan karena melihat. . . . "
Copyright © 2016 Peter Lundell. Digunakan dengan izin.