Hadiah Kesempatan Kedua
Kalangan Sendiri

Hadiah Kesempatan Kedua

Angelia Agatha Official Writer
      4800

“Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka.” – Lukas 6:32

Bacaan Alkitab Setahun  : [kitab]Mazmu66[/kitab]; [kitab]Marku10[/kitab]; [kitab]Bilan15-16[/kitab]

Setiap kali aku melewati kondominium kami menuju tangga, aku selalu merasa terganggu oleh tanaman gantung di tepi jalan dari atas yang turun ke lantai dimana aku tinggal pada waktu itu.

“Kenapa sih Lois melakukan hal-hal macem begini?” aku bertanya dengan nada sedikit meninggi, “Ini adalah pemandangan yang tidak bagus dan praktikalnya tanamannyapun sudah mati.”

Aku selalu komplain kepada suamiku atas hal itu. “Jangan dilihat. Itu punya dia. Biarin aja,” ujar suamiku.

Aku seharusnya mendengarkannya, tetapi tidak.

Seminggu setelahnya, aku tidak bisa menahan dorongan diri untuk memotong tanaman gantung itu. Jadi aku menggapai atas pagar pembatasn dan memangkas tanaman yang menjuntai ke lantaiku. Setelah selesai aku membuangnya ke tempat sampah. Setelah melakukan itu aku sangat merasa lega dan sedikit heroik atas yang kuperbuat.

Aku pergi setelahnya dan pulang sekitar pukul 11:00 untuk mengambil beberapa surat-surat dirumah. Ketika menaiki tangga, aku berhenti karena mendengar suara tangisan. Ada suara lainnya yang menenangkan wanita yang menangis ini.

Saat aku mendongak, aku lihat Lois berdiri disana dan Nancy menemaninya sedang bersimpati kepadanya karena tanamannya telah dipangkas.

Aku merasa seperti penjahat. Jatungku berdegup dengan kencang, aku bahkan susah untuk berbicara. Tapi aku tahu apa yang harus kulakukan. Aku harus mengaku, atau seseorang di gedung ini akan dituduh atas apa yang kuperbuat.

Aku berlari ke lantai tiga hingga susah bernapas. “Lois,” kataku, “Akulah pelakunya. Aku orang yang memotong tanamanmu. Aku sangat menyesal. Seharusnya aku meminta izin terlebih dahulu. Tapi aku pikir akan baik-baik saja untuk pangkas sedikit tanamanmu karena itu tergantung diatas pagar ke lantai dua… dan…”

Aku tidak bisa berhenti. Aku sangat malu, malu dan menyesal serta defensif pada saat bersamaan. Benar apa yang Alkitab katakan bahwa:

“Tuhan membenci orang yang tinggi hati, tetapi memberkati orang yang rendah hati.” (Amsal 3:34 BIS)

Lois berdiri mendengarkan dengan mata terbuka tidak percaya. Dan Nancy tidak tahu harus berkata apa. Aku berhenti. Lois menerangkan kepadaku betapa susahnya dirinya berusaha untuk menumbuhkan tanaman itu dari masih tunas. Dia tidak menyangka kenapa seseorang bisa begitu kejam. Tentu saja dia benar. Itu adalah hal yang kejam – meskipun aku tidak melihat dari sisi itu saat melakukannya. Aku begitu terjebak dengan pendapatku tentang apa yang baik atau tidak dan mengambil tindakan terlepas apakah hal itu akan mempengaruhi orang lain atau tidak. Yang jelas aku tidak berkonsultasi kepada Tuhan tentang apa yang harus kulakukan pada saat itu. Aku hanya melakukan apa yang ingin kulakukan.

Aku tidak berhenti meminta maaf, berharap Lois mengerti aku tidak bermaksud untuk menyakitinya. Aku hanya ingin memberishkannya sedikit.

Dia berterima kasih karena telah jujur, menghapus air matanya dan kita berpisah. Sisa hari itu aku menderita – bukan karena tanamannya. Aku tahu itu akan tumbuh lagi. Aku tidak benar-benar membunuh tanamannya. Tetapi aku telah menyakiti tetanggaku. Seseorang yang kusuka, dan tinggal dekat denganku.

Aku tidak bisa beristirahat. Aku berdoa tentang apa yang harus kulakukan. Dan Tuhanpun berbicara dengan jelas apa yang harus kulakukan untuk menebus kesalahanku. Tanpa berpikir panjang, aku berlari ke lantai bawah, masuk ke dalam mobil dan melaju langsung ke toko tanaman lokal.

Aku memilih tanaman yang berbunga indah yang mirip dengan tanamannya. Setelah membelinya, aku menulis catatan pada kartu, mengakui kesalahan sekali lagi, dan meminta pengampunan pada Lois.

Tidak lama dari kutaruh hadiah itu di depan pintunya, aku menerima telfon. Lois menerima permohonan maafku dan berterima kasih atas pemberianku. Aku terkejut mudahnya – dan susahnya – kejadian itu berakhir.

Hari itu berganti menjadi hari yang di luar ekspektasiku. Aku telah mengubah sesuatu yang salah menjadi benar dengan meminta dan menerima permohonan maaf. Lois, seperti Tuhan, telah memberikanku hadiah kesempatan kedua.

Ikuti Kami