Jadi Garam yang Berasa, Bukan Garam yang Hambar
Kalangan Sendiri

Jadi Garam yang Berasa, Bukan Garam yang Hambar

Lori Official Writer
      6132

Matius 5: 13

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.


Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu68[/kitab]; [kitab]Marku12[/kitab]; [kitab]bilan19-20[/kitab]

Kita sebagai orang Kristen adalah garam dunia karena hidup kita berfungsi untuk memberi makna kehidupan. Sebelum ditebus, kita bagaikan butiran pasir, tak terhitung jumlahnya. Tapi setelah menerima Kristus, status kita pun berubah, dari yang hanya sebutir pasir menjadi sesuatu yang memiliki ciri khas, rasa, tekstur dan aroma.

Yesus memberi kita sebutan 'garam' bukan karena tanpa alasan. Garam adalah zat makanan yang digunakan untuk penyedap dan pengawet makanan, yang dibutuhkan khususnya oleh manusia. Kalau garam ini disalahgunakan dampaknya justru sangat berbahaya.

Yesus menggunakan garam untuk menggambarkan bagaimana orang-orang Kristen membawa keseimbangan dan harapan bagi dunia. Tapi tak sedikit dari garam kita yang justru hambar atau kehilangan rasanya. Berbagai alasan pun melatarbelakanginya, mulai dari depresi, kelelahan, ragu-ragu, dan akhirnya kita mulai menyerah dengan fungsi kita sendiri.

Kebenarannya adalah kita harus tahu betul kalau ada musuh (yaitu si iblis) yang berusaha menyerang kita. Karena si iblis tidak menginginkan garam kita berfungsi dengan baik (baca Yohanes 10: 10). Karena itulah Yesus menasihatkan kita dalam Markus 9: 50 supaya kita ‘hendaknya selalu mempunyai garam dalam diri kita dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain’.

Saat kita hidup dengan cara yang benar, maka hidup kita akan dibumbui oleh Allah sendiri. Karena Dialah sumber garam itu sendiri. Saat kita menerima zat ini dalam hidup kita, maka kitapun akan otomatis berasa seperti zat itu.

Memang hidup ini tidak akan terlepas dari berbagai-bagai pencobaan yang berusaha membuat kita lemah. Tapi firman Tuhan mengatakan bahwa kita harusnya memandang pencobaan itu justru sebagai alat untuk semakin mempererat hubungan kita dengan Tuhan. Meskipun pencobaan ini begitu sulit, tapi marilah tetap berusaha menjaga ‘garam’ kita supaya tetap memiliki rasa.

 

Tuhan menetapkan kita sebagai garam dunia yang berfungsi untuk memancarkan kasih Tuhan bagi dunia

Ikuti Kami