Menjadi Hamba,  Rela Melakukan Pekerjaan Kotor
Kalangan Sendiri

Menjadi Hamba, Rela Melakukan Pekerjaan Kotor

Puji Astuti Official Writer
      3297

Yohanes 13: 4-5

Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.

Bacaan Alkitab Setahun  Mazmur 38; Kisah Para Rasul 10; Keluaran 25-26

Teman saya Leslie menceritakan kisah saat ia bekerja di ruang penitipan anak-anak di gereja selama acara khusus  akhir pekan. Saat mencium aroma balita di depannya menunjukkan perlunya bahwa anak itu perlu diganti popoknya.

Diangkatnya si kecil ke meja ganti, Leslie mulai mengganti satu popok yang sangat bau. Meskipun dia bekerja dengan cepat, Leslie tetap saja diliputi oleh aroma yang tidak enak itu. Memalingkan kepalanya ke samping, dia berusaha untuk menahan refleks muntahnya, tetapi tidak berhasil.

Memperhatikan kesukaran yang dihadapinya dari seberang ruangan, Don, sesama penjaga ruang penitipan anak, mendekati Leslie yang terengah-engah itu dan dengan cepat turun tangan. Ia langsung mengambil alih, dia meraih kaki anak yang gemuk itu. "Sini, biar aku yang  mengambil alih," katanya dengan entengnya.

Leslie menyingkir dan Don melanjutkan pekerjaan kotor itu. Dengan sangat lega, dia berjalan ke sisi yang berlawanan dari ruangan itu dan mendapat udara segar.

Yang paling mengesankan saya bukan hanya karena Don adalah seorang pria, tetapi ia juga adalah pendeta di gereja kami. Belas kasih dan kerendahan hati ditunjukkan dengan jelas ketika pemimpin kami yang sederhana melangkah untuk mengambil alih pekerjaan Leslie. Tindakan Pastor Don berbicara lebih keras daripada kata-kata apa pun yang mungkin dikatakannya, dan karakter Allah jelas terlihat dalam tindakannya yang rendah hati.

Ketika Leslie berbagi cerita ini dengan saya, itu membuat saya mencari di hati saya sendiri. Apakah tindakan saya mencerminkan Tuhan yang saya klaim saya layani? Apakah saya bersedia melayani bahkan ketika itu adalah pekerjaan kotor?

Hebatnya, Yesus, Raja segala Raja, mengikatkan handuk di pinggangnya dan membungkuk untuk mencuci kaki para murid-Nya yang kotor. Tindakan mengejutkan dan tak terduga ini menunjukkan betapa pentingnya melayani satu sama lain dalam kerendahan hati. Dua ribu tahun kemudian, tindakan Yesus masih bergema, memanggil kita untuk menjadi hamba.

Ketika saya mengikatkan celemek di pinggang saya untuk menyiapkan makan malam hari ini, saya mengingat tindakan rendah hati Tuhan, dan saya berterima kasih atas kesempatan untuk melayani keluarga saya. Kerinduan hatiku adalah menjadi seperti Dia yang mencintaiku dengan cinta abadi.

Tujuan harian saya adalah untuk mencerminkan kasih Kristus seperti yang dilakukan Pendeta Don hari itu di ruang penitipan anak-anak yang berisik di gereja. Saya mungkin tidak benar-benar membasuh kaki suami atau anak-anak saya malam ini, tetapi tindakan saya masih bisa mencerminkan sikap seorang hamba yang rendah hati. Semoga, ketika saya melayani keluarga saya dan orang lain di sekitar saya, hati orang-orang itu kemudian akan diarahkan ke arah Tuhan, dan kehidupan (bukan hanya popok) akan diubah.

"...dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu." (Matius 20:27)

Hak Cipta © Julie Gillies, digunakan dengan izin.

Ikuti Kami