Amsal
12:22
Orang
yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia
dikenan-Nya.
Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 129; Yohanes 6; Yeremia 21, 34
Aku buka pintu depan, dan
'Astaga! Kau membuatku takut," teriakku pura-pura ketakutan. "Siapa
itu?" kataku sambil menatap seorang anak setinggi tiga kaki.
Dia memakai topeng dengan
rambut berantakan, warnanya hitam dan ungu. Hidungnya besar, matanya murung,
kemudian mulutnya memperlihatkan gigi yang bergerigi seperti memberi arti baru
untuk kata 'jelek'.
Kalimat “Trik or treat”
terdengar dari balik topeng.
"Ya ampun, kamu
benar-benar bikin aku takut," kataku sambil terkekeh saat menjatuhkan
permen keras ke keranjang plastik berbentuk labu berwarna oranye.
Situasi itu adalah
kenang-kenangan ketika anak lelakiku juga memakai kostum yang aneh, dan dia
berlari keliling dari rumah ke rumah sementara ayah mereka mengikuti dari
belakang. Saya tetap di rumah menyambuh tetangga untuk trik-or-treaters.
Tapi sekarang, bertahun-tahun
kemudian, topeng Halloween yang menyerupai demikian, coba kupakai. Mereka
sangat berguna untuk menutupi diriku yang sebenarnya.
Ketika orang-orang bertanya
kepadaku, bagaimana aku bisa kehilangan penglihatan maka aku memberikan jawaban
yang sama yaitu "Penyakit retina memperburuk retinaku dan membuatku
kehilangan pengllihatan."
Jawaban yang sederhana untuk
pertanyaan yang sederhana.
Ketika ditanya tentang gimana
aku menghadapi tragedi yang nggak terduga, itu beda cerita lagi. Aku tergoda
untuk membuka topeng yang menutupi hatiku,
dan memberikan jawaban jujur.
"Awalnya sulit, tapi
pada waktunya, aku menyesuaikan diriku."
Tetapi di balik topeng itu, ada naskah yang sebenarnya berbeda dengan jawabanku bahwa, "Aku ingin mati, aku membenci hidupku, aku ingin menyerah dan bertanya-tanya, apakah anak laki-lakiku yang kecil akan bertahan hidup dengan ibu yang nggak bisa melihat?"
Kemudian Firman Tuhan
mendorongku untuk melepaskan topeng itu dan membiarkan cahaya kebenarannya
bersinar.
"Orang yang dusta bibirnya adalah
kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia dikenan-Nya." (Amsal
12:22)
Dalam ketaatan, aku
memutuskan bahwa ketika ada orang yang bertanya maka aku akan memberikan
jawaban yang mencerminkan sesuatu yang benar-benar menggerakkan hatiku.
Inilah hasilnya :
- Ketika kata-kataku diikat
dengan kejujuran tanpa dihilangkan, ditutupi atau hiasan, aku bisa bernafas
dengan lega.
- Ketika topeng dilepaskan,
udaranya jauh lebih segar dan pandangan juga lebih jelas.
Ketika tiba waktunya untuk
berbagi mengenai perasaan atau peristiwa terkait hidupku, aku pun mengembangkan
sebuah moto yaitu 'Jangan mengabaikan yang negatif atau memadamkan yang
positif.'
Belum lama ini, seorang teman
baikku menelepon dan bertanya perihal tulisanku. Aku mulai mengatakan bahwa itu
hebat, semua berjalan dengan baik dan agenku mengerjakannya untukku.
Aku menelan ludah. Topeng itu
bikin aku pengap, mengikat dan seringkali jelek. Tapi sebaliknya, aku
memutuskan untuk melepaskan topeng tersebut. Dan dengan keyakinan, kebenaran
pasti akan bersinar – meskipun agenku mengerjakannya untukku,aku tetap harus
bekerja keras untuk mengedit.
Menulis novel itu melelahkan
tapi juga menuntut. Dan kadang, pekerjaan itu sangat sulit sehingga aku
bertanya-tanya, apakah aku benar-benar harus melakukan ini.
Ah! Perasaan menceritakan
skenario nyata dengan kejujuran itu seperti membuka jendela di ruangan yang
pengap, kemudian membiarkan angin musim semi yang segar masuk dan membelai
wajah kamu.
Sementara anak-anak kita
menikmati permen hal manis yang kita bisa ajarkan kepada mereka adalah tentang
mengatakan yang sebenarnya.
Kuncinya adalah mematuhi
Firman Tuhan dan melakukannya adalah gambar yang harus kita pantulkan di cermin
sehingga kita akan berkilau dengan kejujuran.
Hak Cipta © Janet Perez
Eckles, digunakan dengan izin