Yeremia
29: 11
Sebab
Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu,
demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,
untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu65[/kitab]; [kitab]Marku9[/kitab]; [kitab]Bilan13-14[/kitab]
Aku
adalah seorang Angkatan Udara Airman berusia 18 tahun yang harus jauh dari
rumah untuk pertama kalinya saat aku untuk pertama kalinya begitu serius mencari
kehendak Allah. Di sisi lain, kekasihku sedang menungguku karena kami sudah berencana
untuk menikah. Kami berdua ingin kehendak Tuhan terjadi dalam hidup kami supaya pernikahan ini nantinya tidak berakhir sia-sia dengan perceraian.
Jadi,
di suatu hari Minggu yang sangat panas sekali di texas, aku berlutut di altar dan
menyerahkan kehendakku kepada Tuhan. Kami taruhkan rencana pernikahan ini ke
dalam tangan Tuhan. Aku menyampaikan kepada Tuhan bahwa jika Dia punya rencana lain
dalam hidup kami, atau bahkan ingin aku hidup melajang dan menjadi seorang misionaris, aku akan melakukannya.
Ajaibnya,
di waktu yang bersamaan aku tahu kalau kekasihku juga sedang berdoa di altar
gereja dan menanyakan hal yang sama di hadapan Tuhan. Kami berdua sama-sama menyampaikan
keinginan kami kepada Tuhan dan Dia menunjukkan kepada kami bahwa Dia menghendaki
pernikahan ini. Tiga puluh enam tahun kemudian, kami masih diberkati dengan tetap tinggal dalam kehendak-Nya.
Aku jadi
teringat tentang ayat Yeremia 29: 11 dimana Tuhan berfirman bahwa Dia menentukan
rancangan-rancangan yang baik atas hidup kita. Saat kita tetap berada dalam kehendak-Nya,
kita ibarat berada di tengah aliran sungai yang mengalir. Semakin jauh kita
dari pusat sungai, semakin lambat dan kurangnya arus sungai. Dalam artian, semakin jauh kita dari kehendak Tuhan, semakin jauh pula kita dari rancangan-Nya.
Pada
suatu hari, teman lamaku memutuskan untuk menyeberang keluar dari pusat sungai kehendak
Tuhan. Dia menemukan kalau dia tertarik pada wanita lain meskipun statusnya saat
itu sudah menikah dan punya anak. Lalu dia pun melangkah keluar dari sungai kehendak
Tuhan dan meninggalkan istri dan keluarganya. Dia ada dalam kondisi ini selama berbulan-bulan
sampai pada akhirnya menyadari kesalahan itu dan memutuskan untuk kembali. Dia kembali
lagi ke dalam sungai kehendak Tuhan dan kembali kepada keluarga, gereja dan Tuhan.
Hingga
saat ini dia tetap hidup dalam kehendak Tuhan dan tak lagi mau keluar dari sungai
kehendak Tuhan. Untuk tetap hidup dalam kehendak-Nya, tetaplah berlutut dan meletakkan semua keinginanmu kepada Tuhan. Biarkan Dia yang memimpin hidupMu.
Sebagai
firman penutup bacalah ini, “Lalu ia
menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari tahta Allah dan tahta Anak Domba itu.” (Wahyu 22: 1).
Tinggalkanlah
keinginan dagingmu, berjuanglah untuk terus sampai ke pusat sungainya Tuhan supaya
hidupmu tetap dalam kehendak-Nya