Mazmur 69: 17-18
Janganlah sembunyikan wajah-Mu kepada hamba-Mu, sebab aku tersesak;
segeralah menjawab aku! Datanglah kepadaku, tebuslah aku, bebaskanlah aku oleh
karena musuh-musuhku.
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu61[/kitab]; [kitab]Marku5[/kitab]; [kitab]Bilan5-6[/kitab]
Penglihatan
bayi adalah indra yang paling lama berkembang. Sebelum mereka bisa fokus
melihat, bayi yang baru lahir hanya bisa fokus ke arah wajah. Studi juga menemukan
bahwa bayi baru mulai bisa mimik wajah lama setelah lahir. Saat seorang ibu tersenyum
dan berinteraksi dengan bayi yang baru lahir, bayi itu akan kembali membalas senyuman. Hal yang sama juga akan ditunjukkan bayi saat mereka merasa tidak senang.
Sementara kalau
sang ibu tidak membalas senyuman bayi, dia akan mulai merajuk, matanya akan kelihatan
bigung dan wajahnya terlihat kosong. Seorang bayi belajar untuk mengenali bahasa isyarat dari orang lain, terutama ibu.
Kalau bayi tidak
diberikan interaksi positif selama awal pertumbuhan, mereka akan mengalami hambatan
dalam interaksi personal. Sebagai anak-anak, mereka akan menunjukkan emosi dalam
menanggapi orang lain. Di beberapa negara, anak yatim duduk sendirian di boks dan
mendapatkan sedikit kontak positif dengan orang dewasa. Akibatnya, mereka
mengalami keterbelakangan secara emosional. Bahkan pertumbuhan fisik mereka terhambat. Interaksi bertatap muka diperlukan untuk perkembangan syang sehat.
Sebagai
orang dewasa, kita juga berinteraksi dengan menatap wajah. Kita bisa mengamati bagaimana
orang merespon. Kita bisa mengetahui apakah pendengar kita senang, geli, bahagia
atau justru tak suka. Kita bisa menilainya dari wajah mereka. Lalu kita mulai membumbui
cerita kita demi mendapat respon yang lebih besar, menambahkan pandangan pendukung atau segera mengakhiri percakapan.
Mungkin kita
juga diciptakan demikian dalam hubungan kita dengan Tuhan. Dalam Mazmurnya, Daud
pernah menyampaikan, “Tetapi aku, dalam
kebenaran akan kupandang wajah-Mu, dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas
dengan rupa-Mu.” (Mazmur 17: 15) Daud menyampaikan perasaannya yang senang memandang
wajah tuhan, dan dia adalah satu-satunya orang dalam Alkitab yang berulang kali
mengatakan tentang wajah Tuhan. Dia juga orang pertama di Alkitab yang bisa merebut
hati Tuhan. Apakah Daud bisa merebut hati Tuhan karena dia melatihnya? Mungkinkah Daud mendapatkan ekspresi dari Tuhan dan bukan dari orang-orang di sekitarnya?
Tuhan selalu
melihat dan menunggu kita untuk memandang wajah-Nya. Sebagaimana seorang ibu
yang begitu mengasihi bayinya, mata Tuhan tertuju kepada kita, menunggu kita
untuk melihat-Nya dan kembali membalas senyuman. Kalau, kita ibarat seperti seorang
bayi memandang kepada Allah, Dia pastilah akan memimpin kita dengan mata-Nya.
Seperti kita membiarkan mata-Nya untuk membimbing kita, hidup kita akan
mencerminkan kebenaran-Nya. Sebagaimana seorang bayi meresponi ibunya yang penuh kasih, kita juga akan senang dengan respon Tuhan.
Masalahnya adalah
kita yang terlalu sibuk memberikan waktu untuk mau memandang ke dalam mata-Nya.
Kita juga terganggu olah gaungan tentang apa yang orang lain pikirkan tentang kita.
Hasil survei menunjukkan bahwa gereja saat ini tidak terlihat begitu berbeda dari
masyarakat sekuler. Hal itu menimbulkan tanda tanya besar soal bagaimana seharusnya
kita bisa mendapatkan respon yang baik? Persoalannya adalah bahwa kita tampaknya belum mencari Tuhan lebih dalam.
Kalau kita tidak
mencari wajah Tuhan, kita akan menjadi seperti bayi, terjebak di tempat tidur. Kita
tidak akan mencerminkan pribadi Allah itu. Mari merefleksikan kebenaran Allah kepada orang-orang di sekitar kita.
Seperti bayi yang senang dengan kasih sayang ibunya,
begitulah kita harusnya senang mencari wajah Tuhan