Lukas 11: 9-10
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;
ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta,
menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang
mengetok, baginya pintu dibukakan.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 119:1-88; 1 Yohanes 3; Yehezkiel 44-45
“Oke, Kak. Setelah mengupas kentang, taruh kentangnya di
sini,” kata ayah sambil menunjukk ke gadget berpegangan logam itu. “Lalu putar dan
kentang itu akan keluar dengan irisan yang siap untuk digoreng. Kentang goreng dan
bawang untuk sarapan, aku pikir aku sudah mati dan pergi ke surga!” lanjut ayah sembari tersenyum.
Aku yang saat itu masih berusia delapan tahun tak bisa menahan
senyum. Itu adalah Sabtu pagi, kamu bisa menonton kartun dan membuat sarapan bersama ayahmu, tentu saja hal itu membuatmu tersenyum.
Kenangan di Sabtu pagi itu membuatku tersenyum bahkan di usiaku yang sudah 50 tahun ini. Aku ingat kentang goreng crispy dan bawang itu dilumuri dengan saus tomat dan roti panggang mentega.
Lezat. Tapi yang paling aku sukai adalah menghabiskan waktu bersama ayah.
Dan waktu aku membaca bagian kitab 2 Tesalonika 3: 1 dan definisi dari doa yang ditulis di sana, aku sangat senang sekali.
“Selanjutnya,
saudara-saudara, berdoalah untuk kami, supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di antara kamu..”
Ada sebuah kutipan yang kubaca menuliskan seperti ini:
“Tuhan menyayangimu. Dia mencintai urusanmu. Dia suka mencari
kedalaman jiwamu dan mendengar impian hatimu. Dia tahu apa yang menganggumu saat
kamu merangkak ke tempat tidur dan apa yang menanti saat kamu merangkak keluar. Dia tahu kenapa kamu takut dan dibagian mana kamu belum siap.”
Tahukah kamu, bahkan sosok sehebat ayahku sendiri kadang-kadang
tak punya waktu untukku. Dia bisa sangat jauh dan terlalu sibuk untuk mendengarkan.
Berbeda dengan ayah surgawi kita. Aku bisa dekat dengan Dia kapanpun.
Tapi seringkali aku tidak melakukannya. Sebagian besar karena aku terlalu sibuk, atau lelah, atau malas atau terlalu sibuk dengan diriku sendiri.
Aku malu mengakuinya, tapi itulah kebenarannya.
Mungkin kamu punya masalah yang sama.
Hal ini seperti saat kamu diundang ke Istana Buckingham untuk
makan malam pribadi bersama Ratu dengan semua hidangan teh sore yang lezat. Tapi kamu justru membatalkannya.
Kita pasti tak mau melewatkannya kalau hal itu jauh lebih
baik bukan?Allah bukan hanya bangsawan atau pemimpin duniawi. Dia adalah bapa surgawi
kita dan Raja alam semesta. Dia gak hanya punya peternakan di seribu bukit, tapi Dialah yang membuat ternak dan bukit-bukit.
Dia peduli akan aku dan kamu juga.
“Oleh
karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari,
mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” (Lukas 11: 9-10)
Karunia yang Tuhan berikan bagi kita adalah karunia kekal. Dalam
Yakobus 1: 17 dikatakan, “Setiap
pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas,
diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.”
Hadiah yang kamu dapat bukan seperti hadiah Natal yang hanya bisa
dinikmati untuk sementara waktu. Hadiah dari Tuhan itu kaya dan melimpah dan kekal.
Hadiah itu menakjubkan. Kadang karunia itu sulit, tapi ia akan selalu menghasilkan sesuatu yang kekal.
Di persekutuan gerejaku, kami baru saja membahas soal doa. Salah satu sosok yang aku kagumi di gereja itu berdoa seperti ini.
“Bapa, kami datang kepadamu oleh kuasa darah Yesus dan melalui kuasa Roh Kudus.”
Itu seperti seteguk berkat kekal. Dan bertemu dengan Bapa
kita bukan hanya di hari Sabtu. Kita juga bisa datang kapan saja kita mau. Menikmati sarapan bersama Dia.
Temuilah Tuhan selagi Dia berkenan ditemui. Karena akan ada masanya kita tak lagi punya kesempatan itu.
Hak cipta Pauline Hylton, diterjemahkan dari Cbn.com