Roma 5:8
Akan tetapi Allah menunjukkan
kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 78; Roma 6; Ulangan 3-4
Saya berani bertaruh dengan kamu bahwa saya
telah membaca kisah tentang pemuda kaya dan Yesus setidaknya seratus kali. Tapi saya tidak pernah melihat permata kebenaran yang ada di sana. Saya menemukannya suatu pagi saat
saya membaca catatan Markus tentang pertemuan itu (Markus 10: 17-22). Murid ini menangkap sesuatu yang mungkin dilewatkan orang lain.
Pada waktu Yesus berangkat
untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia
dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
Jawab
Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja. Engkau tentu mengetahui
segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan
mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!"
Lalu kata orang itu kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku."
Apa tanggapan Yesus kepadanya?
"Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya," (ayat 21).
Saya
berhenti sejenak saat membaca kata-kata itu dan kagum. Saya membacanya lagi, kali ini mengijinkan ayat itu memberi dampak penuh dan tertanam dalam hati saya.
"Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya."
Betapa luar biasa. Hatiku sendiri tergerak oleh kedalaman belas kasihan Yesus. Bagi saya, pernyataan yang satu itu sangat
indah dan melambangkan isi keempat Injil yang digambarkan dalam sosok Gembala Lembut ini.
Mari baca saat Yesus melanjutkan:
"Hanya satu lagi
kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada
orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya. (ayat 21b-22)
Saya mulai melihat sekalipun Tuhan mengerti
bahwa pemuda ini jauh dari niat sebenarnya, Dia masih mencintainya. Bahkan ketika Dia tahu pemuda ini hendak pergi dari Dia, Dia masih mencintainya.
Semakin saya menatap berlian dari cinta Allah yang punya banyak segi bagi kita, semakin saya menjauh benar-benar belum menyelaminya.
Saya semakin mengerti bahwa Tuhan hanya melihat hati yang Dia bisa sebut milik-Nya sendiri, yang tertawan dan dimenangkan oleh lirikan
mata-Nya
Dia rindu untuk menemukan seseorang yang
penuh gairah, seperti wanita Shulam yang dijelaskan dalam surat cinta Salomo.
Dia naik turun jalan desa, dengan putus asa mencari kekasihnya dan tidak akan merasa terhibur sampai dia menemukannya. (Kidung Agung 5: 6)
Itulah pesan yang sangat ingin Yesus sampaikan kepada orang kaya untuk dimengerti pada hari itu. Tapi yang bisa Dia lakukan untuk saat itu hanya menatapnya ... dan mencintainya.
Kita mencintai, karena Dia lebih dulu mencintai kita. (1
Yohanes 4:19)
Hak Cipta © Missey Butler, digunakan dengan
izin.