Yohanes 17:22-23
Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.
Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 71; Markus 15; Bilangan 25-26
Malam sebelum Yesus meninggal, Dia dan murid-muridnya meninggalkan ruangan atas tempat mereka merayakan Paskah bersama. Perlahan, seperti yang telah mereka lakukan beberapa kali sebelumnya, mereka berjalan ke Bukit Zaitun. Suasana hati mereka (saya percaya) adalah bergairah tapi juga sedih. Murid-murid sedih karena Yesus telah menyatakan kepada mereka bahwa Ia akan meninggalkan mereka. Yesus mulai merasakan beban apa yang akan terjadi besok.
Kita hanya bisa membayangkan apa yang dipikirkan oleh Orang Nazaret saat itu. Pikiran-Nya bisa saja melayang kembali selama tiga tahun terakhir itu. Pada waktu itu, Dia telah menunjukkan hati dan pikiran, dan juga kekuatan Tuhan. Namun sejak awal Ia sudah tahu perjalanan yang ditakdirkan bagi-Nya akan membawa-Nya ke saat ini.
Dia mungkin berpikir untuk berdiri di tepi Sungai Yordan mendengarkan suara gemuruh Yohanes Pembaptis; yang di bawah pengurapan Roh Kudus menyatakan kepada semua orang yang mau mendengarkan bahwa dia telah dikirim untuk mempersiapkan jalan bagi Mesias yang akan datang. Dia membaptis mereka dengan air, tapi Dia yang akan datang akan membaptis dengan api.
Yesus masuk ke dalam air bersama semua pencari kebenaran yang hancur dan terluka, untuk dibaptis oleh Yohanes. Dia, dengan berbuat demikian, memproklamasikan kepada seluruh dunia bahwa untuk sekali dan selamanya Dia sendiri akan menanggung dosa seluruh dunia. Dia mengidentifikasi diri-Nya dengan orang-orang yang hilang di sekelilingnya hari itu dan Bapa serta Roh Kudus menyatakan persetujuan Ilahi Mereka atas tindakan-Nya.
Namun tiga tahun kemudian kita menemukan-Nya siap mati menggantikan seluruh manusia yang pernah dilahirkan. Dia berhenti dan (saya percaya) meninggikan suaranya kepada Bapa dan mengucapkan doa yang paling diurapi yang pernah tercatat. Hari ini saya hanya ingin fokus hanya pada satu kalimat dari doa itu.
Dalam kalimat ini, kita melihat tujuan ilahi Bapa dalam mengirim anak-Nya untuk mati bagi dosa seluruh dunia. Bapa Sorgawi tahu bahwa manusia telah rusak dan secara mendasar hati manusia di ubah oleh dosa. Dosa di hati manusia menghasilkan hawa nafsu dalam bentuknya yang beragam: keserakahan, kebencian, dan yang terpenting memisahkan umat manusia dari Tuhan.
Keesokan harinya, pengorbanan agung Yesus akan selamanya menghancurkan tembok antara Tuhan dan manusia. Namun, Bapa memiliki tujuan yang jauh lebih tinggi daripada sekedar pengampunan dosa. Sebagaimana ayat yang kita baca, Yesus datang untuk memberikan - kemuliaan Allah - kepada orang-orang yang percaya kepada Dia agar setiap generasi menjadi satu dengan-Nya. Penyatuan ilahi antara Allah dan manusia melalui karya Yesus yang telah selesai di kayu salib telah terjadi.
Yesus berbicara apa yang (saya percaya) paling penting di dalam pikiran dan hati-Nya malam itu. Allah Bapa menginginkan kuasa dosa dihancurkan di dalam hati semua orang percaya melalui pengorbanan-Nya; agar kita dapat dengan kasih karunia diangkat ke surga dan dijadikan bagian dari kemuliaan Allah, dan dengan demikian menyadari bahwa kita berbagi persekutuan kudus dengan Bapa dan Putra pada tingkat yang sama seperti Tuhan saling berbagi.
Jadi, jika kamu terluka, dimanapun kamu berada dan apa pun keadaanmu, Yesus telah membuka hatimu pada sebuah realitas Ilahi yang baru yang ingin Dia bagikan kepadamu. Kita di dalam Kristus memiliki harapan untuk hari esok karena kesaksian ilahi di dalam hati kita tentang dunia yang lebih baik sudah tiba, karena ada seorang Nazaret yang lemah lembut masih berbicara. Seperti ada tertulis di dalam Kristus ada harapan akan kemuliaan. (Kolose 3: 4)
Copyright © Michael Plemmons 2012, digunakan dengan izin.