Markus 10:
47-48
Ketika
didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru:
"Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Banyak orang menegornya supaya
ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah
aku!"
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 112; 1 Petrus 4; Yehezkiel 28, 30:20-26
Bartimeus adalah karakter favoritku di Alkitab. Ada sesuatu
tentang kegigihan, keberanian, dan tekadnya yang menginspirasiku. Dia buta,
tapi dia bisa melihat lebih jelas daripada orang-orang sejamannya. Dia bahkan
bisa melihat lebih jelas daripada aku. Seorang pengemis buta yang duduk di pinggiran
jalan Yerusalem tahu apa yang diinginkannya dan dia tak bisa dihentikan sampai mendapatkannya.
Bagaimana kalau aku ada dalam posisinya menginginkan apa yang
dia ingini? Bagaimana kalau, aku sendiri buta, bisa punya kegigihan, keberanian
dan tekad seperti yang dia punya? Bagaimana kalau yang kuinginkan hanya untuk bisa melihat kembali?
Bahkan saat aku menulis artikel ini, aku dipenuhi dengan
harapan-harapan yang gila, keajaiban yang liar. Bagaimana kalau, saat aku sedang
duduk di jalanan, buta, aku tak membiarkan siapapun menghentikanku untuk
memanggil Yesus? Bagaimana kalau aku tak peduli apa yang dipikirkan orang lain tapi
malah berteriak dengan keras? Bagaimana kalau aku percaya kalau Yesus adalah pribadi
yang seperti dikatakannya? Bagaimana kalau aku membuang semuanya, ya semuanya,
yang menghalangiku dan berlari di tengah kebutaanku kepada Yesus? Bagaimana kalau aku bisa mengucapkan empat kata sederhana itu, “Aku mau melihat kembali?”
Bartimeus sama sekali tak memberikan dua pilihan soal apa
yang orang lain pikirkan. Dia tak peduli sama sekali tentang kritik, teguran dan cercaan. Jadi, dia bebas untuk menemui Yesus.
Pertemuan Yesus dengan Bartimeus adalah jalan pemulihan dan pemuridan
terakhir sebelum Yesus ditangkap dan disalibkan di Yerusalem. Yesus dan murid-muridNya bepergian bersama banyak orang di jalanan di Yerikho menuju Yerusalem.
Di jalan menuju kematian itu duduk Bartimeus, seorang pengemis
buta yang masih punya harapan. Dia adalah sosok yang tercatat yang meminta kesembuhan dari Yesus. Dialah pengikut terakhir Yesus sebelum Dia disalibkan.
Kadang orang terakhirlah yang kerap melakukan hal yang benar.
Segera setelah Bartimeus mendengar bahwa Yesus ada di antara orang
banyak yang berjalan di dekatNya, dia berteriak. Dia berharap, dia mencapai,
dia berani memanggil sosok Anak Daud yang bisa memberinya: Anugerah. Dia meminta
sesuatu yang tak pantas, tapi dia benar-benar tahu apa yang dia butuhkan. Katanya,
“Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” (Markus 10: 47).
Menyaksikan tindakannya, semua orang menegurnya. Mereka tahu dia
tak pantas meminta hal itu kepada Yesus. Karena dia hanyalah seorang pengemis buta
yang duduk di pinggiran jalan. Mereka menyuruhnya diam, jadi sosok yang terasing dan menjauh.
Bartimeus, yang hidup dalam kegelapan itu, percaya kepada
Yesus dan siapa Yesus. Dia sama sekali tak peduli dengan apa kata orang dan apa
yang dipikirkan orang tentangnya. Bagi Bartimeus sendiri, Yesus bukan hanya seorang
rabi pengembara. Dia bukan hanya seorang tabib atau guru. Dia adalah orang yang
dijanjikan untuk membuka mata orang buta dan membebaskan mereka yang duduk
dalam kegelapan (Yesaya 42: 6-7). Dia adalah pribadi yang dijanjikan Allah bagi umat-Nya. Dan Bartimeus berani mempercayaiNya.
Tak ada istilah di kamus Bartimeus, ‘kalau kamu mau’ atau ‘kalau
kamu mampu’. Dia adalah sosok yang gigih. Dia tak menahan diri terhadap apapun. Dia
mempertaruhkan segalanya di atas keyakinannya bahwa Yesus dari Nazaret itu adalah
Anak Daud yang akan memenuhi semua janji Allah dan dia akan mendapatkannya. Itulah iman yang berani.
Apakah kamu seperti Bartimeus? Atau apakah kamu pernah
takut memanggil Yesus. Saat kamu berada dalam kegelapan dan kebutaanmu, diteror
oleh rasa takut bahwa Allah sudah datang dan kamu mengenali-Nya? Jadi, beranilah,
bertekadlah. Karena Dia sendirilah yang memanggilmu. Dia memanggilmu dengan
cara yang bisa kamu dengar. Dan kamu bisa melakukannya seperti yang dilakukan Bartimeus, kamu bisa melompat dan berlari kepada Yesus.
Hak cipta Mario Schalesky, diterjemahkan dari Cbn.com