Cara Kristus Melamar Kita Sebagai MempelaiNya
Kalangan Sendiri

Cara Kristus Melamar Kita Sebagai MempelaiNya

Inta Official Writer
      4471

 “Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur.”

Kidung Agung 1:2

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 94; Lukas 15; Daniel 5-6

Saat sinar matahari menyambut hari, Mandy menuangkan kopinya. Ia duduk manis di pojok kamarnya, membuka Alkitab dan siap untuk memulai perenungannya. Mulai dari Kejadian sampai Wahyu, ia minta tuntunan penyertaan Tuhan untuk menyatakan kebenaranNya lewat firman yang akan dibacanya ini.

Ia membuka Alkitab, matanya berhenti pada Kitab Kidung Agung.

"Kidung agung dari Salomo," tulis pembuka kitab tersebut.

Mandy mengernyitkan alisnya. ia menyadari kalau ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya, bertanya-tanya tentang sosok Salomo yang dibacanya ini.

Mandy tahu betul kalau Salomo adalah seorang raja yang diceritakan dalam kitab Perjanjian lama, raja yang telah membangun Bait Suci, yang menulis kitab Pengkhotbah dan Amsal. Tapi, apakah ada informasi yang lebih lagi soal sosok Salomo ini? Rasa penasaran mengantarkan Mandy untuk mencari tahu arti nama Salomo, yang ternyata berasal dari kata dasar untuk perdamaian, yaitu sheloma.

"Tuhan Yesus, Engkau adalah wujud dari damai itu sendiri. Jadi, apakah Salomo merupakan panutan bagiMu?"

Mandy juga berpikir kalau ada karakter lain yang merepresentasikan pribadi Yesus, yaitu Yosua, Daud dan Musa. Mereka memang bukan Yesus, tetapi cara hidup mereka sangat terhubung pada cara hidup Kristus.

Pikiran ini membuat Mandy merasa bahwa dirinya akan membaca sebuah kitab yang mewakili kedamaian ilahi seorang Kristus.

Belum juga pikiran itu hilang, pada pasal awal, ayatnya yang kedua, Mandy menemukan kata yang sangat tidak biasa dalam Alkitab.

Kidung Agung 1:2a,"Kiranya ia mencium aku dengan kecupan!"

Mandy sontak menutup Alkitabnya. "Ini sih berlebihan," keluhnya. "Aku nggak punya hubungan yang romantis denganmu, Tuhan Yesus," celetuk Mandi sambil mendorong mundur kursinya.

Mandy merasa kalau ada dorongan yang kuat dari Roh Kudus untuk mencoba memahami makna dari kata-kata romantis yang Tuhan punya untuknya. Yesus memang mengasihinya, Mandy sangat yakin dengan hal ini. Tetapi, perkataan dalam Alkitab ini cukup aneh untuk dijadikan bahan renungan.

Ditengah-tengah keheranannya, Mandy bertanya, "mungkinkah Kidung Agung ini adalah sebuah kiasan dari kasih Kristus?"

Bagaimanapun juga, dalam Perjanjian Baru, kita dianggap sebagai pengantinNya. Mandy memutuskan untuk menguji pengertiannya tersebut. kalau memang Kidung Agung ditulis sebagai sebuah kiasan kasih Yesus dan dirinya, yang merupakan pengantin Kristus, ia bertanya-tanya tentang apa yang Tuhan ingin sampaikan kepadanya.

Ia kembali menarik kursinya dan duduk tepat di depan Alkitab, meneruskan membaca ayat yang beberapa menit lalu membuatnya bertanya-tanya.

Kidung Agung 1:2b, "Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur."

Mandy teringat dengan kebiasaan mempelai Yahudi dalam Perjanjian Lama. Ketika pria Yahudi melamar calon pengantinnya, pria tersebut akan menawarkan calon pengantinnya segelas anggur. Ada hal lain yang jauh lebih manis dibandingkan rasa nikmat dari anggur tersebut, yaitu kalimat "Ya" sebagai ungkapan kesediaan seorang gadis menerima lamaran pria tersebut.

Mandy bisa merasakan rasa hangat sinar matahari yang mulai menembus jendela kamarnya. Itu mengingatkannya pada rasa nyaman yang ia peroleh saat perjamuan kudus. Betapa tenang dan nyamannya hati mandy saat ia meminum anggur, yang merupakan bentuk dari darah Kristus, sambil merenungkan kasih pengorbananNya.

"Tuhan Yesus yang terkasih, apakah Engkau sedang melamarku? Apakah Engkau mengatakan kalau rasa kasihku kepadamu adalah hal yang paling manis yang Engkau terima? Segala pujian adalah untukmu, Yesus. Terima kasih atas firmanMu yang membawa rasa damai dan cinta ilahi dari kitab Kidung Agung ini. Tolong bawaku tenggelam dalam Engkau. Jangan biarkan saya melewatkan sedikitpun pengetahuan tentangMu.”

Mandy meneruskan bacaannya. Pada setiap halaman-halaman yang berisikan kata-kata manis ini, Mandy tenggelam dalam kisah romantisme suci bersama firman Tuhan. Kedamaian dan kasih ilahi Kristus membanjiri jiwanya.

"Aku telah dicium dengan kecupan damaiNya," tutup Mandy. "Aku telah dicium oleh mempelaiku, Dia yang adalah sumber kedamaian, yang namaNya adalah Yesus."

Bagi Kristus, tidak ada hal yang lebih manis dibandingkan dengan kasih yang kita berikan untukNya.

Tulisan ini merupakan sebuah karya fiksi berdasarkan kehidupan nyata dengan judul, "Beloved Solomon's Kiss".

The Kiss of Peace: Intimate Exploration into Song of Solomon (menunggu publikasi). Hak cipta © 2018 Diane Virginia, digunakan dengan izin.

Ikuti Kami