Yohanes 18:10
Lalu Simon
Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba
Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus.
Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 83; Roma 11;
Ulangan 13-14
Bayangkan kamu sedang
menghadapi hal terburuk dalam hidupmu, tahu pasti apa yang akan terjadi dan
tahu betapa sulitnya hal itu. Sekarang bayangkan, ketika sedang menghadapi
pergumulan itu, kamu harus tetap membantu teman dan rekan kerjamu tanpa kenal
lelah. Itu mungkin sesuatu yang sulit, namun itu pernah terjadi dan tercatat
dengan baik.
Hal itu terjadi di
Taman Getsemani, saat Yesus dikhianati dengan sebuah ciuman dan dibawa menuju
pengadilan sambil diejek dan disiksa. Dalam perjuangannya untuk melindungi
Mesias sebaik mungkin, Petrus menarik pedangnya dan memotong telinga salah satu
prajurit. Kemudian Yesus membuat sebuah tindakan yang tidak pernah terpikirkan
sebelumnya. Dia menyentuh prajurit itu dan menyembuhkan telinganya.
Ketika Yesus
menyembuhkan prajurit itu, Dia mengubah kehidupan dua orang pria selamanya.
Tentu saja, menjadi orang yang penuh belas kasihan, Yesus tentu melihat
penderitaan prajurit itu dan rasa sakit akibat luka seperti itu. Sekalipun si
prajurit adalah “orang jahat”, kasih dan belas kasihan Yesus menjangkau orang
tanpa memandang latar belakangnya, Yesus melihatnya sebagai pribadi yang
terluka dan membutuhkan kesembuhan.
Ketika saya kecil,
saya tidak bisa mengerti mengapa Yesus mau menolong orang yang niatnya ingin
menyakiti Dia. Saya tahu saya tidak bisa
menjadi penuh kasih dan pengampun seperti Yesus dan pastinya saya tidak ingin
mencobanya. Sebagai orang dewasa, saya bersyukur atas anugerah dan belas
kasihan Yesus kepada saya sebagai orang jahat.
Masa depan pria lain
juga berubah malam itu. Yesus dengan berani menyelamatkan Petrus malam itu.
Petrus berdiri disana, dengan tangan penuh darah, merasa sangat frustrasi
karena dia meleset dari targetnya, yaitu kepala prajurit itu. Namun, harga
dirinya ditenangkan oleh fakta bahwa dirinya menunjukkan pernyataan yang kuat
tentang dukungannya terhadap Tuhannya. Dia rela bertarung untuk melindungi
Yesus.
Di waktu antara saat
Petrus mengayunkan pedangnya dan Yesus menyembuhkan telinga prajurit itu,
Petrus menyadari konsekuensi atas tindakannya. Dia mungkin menyadari apa dampak
yang Yesus lakukan atas hidupnya saat itu. Ketika Yesus menyembuhkan prajurit
itu, bukti percobaan pembunuhan terhadap seorang petugas hukum hilang. Tidak akan
ada tuntutan yang bisa dilontarkan kepada Petrus. Dia diselamatkan sebelum
tuduhan bisa muncul.
Sama seperti Petrus
malam itu, saya juga melakukan kejahatan yang tak terampuni, namun Yesus
menyelamatkan saya. Setelah saya melihat dampak perbuatan saya baru saya
menyadari kerusakan yang saya akibatkan dan bagaimana Yesus menghapus bukti
kejahatan saya. Catatan saya sudah dibersihkan.
Dalam Ratapan 3:21-23
Alkitab berkata,
“Tetapi hal-hal inilah
yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih
setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar
kesetiaan-Mu!”
Saya mendengarkan
suara Yesus di dalam kepala dan hati saya, "Ya Bapa, ampunilah mereka,
sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Disini saya berdiri,
tidak layak, bersalah, namun tetap dikasihi sepenuhnya. Dia merangkul dengan
penuh kasihan dan karunia untuk menyembuhkan dan melepaskan saya. Tindakan
kasih dan belas kasihannya secara efektif memulihakan dan memperbaharui saya.
Ketika saya dipanggil
untuk maju ke kursi pengadilan, maka tidak akan ada bukti yang bisa menyatakan
saya bersalah… “Seperti saya tidak pernah berdosa.” Dia menyatakan saya “TIDAK BERSALAH.”
Hak cipta ? Gail Casteen, digunakan dengan ijin.