Namanya Juga Gagal, Pasti Sedih. Tapi Jangan Putus Asa! Yuk Bangkit dan Belajar Dari Kegagalan Itu
Kalangan Sendiri

Namanya Juga Gagal, Pasti Sedih. Tapi Jangan Putus Asa! Yuk Bangkit dan Belajar Dari Kegagalan Itu

Puji Astuti Official Writer
      6107

Ayub 5:12

Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa.

Bacaan Alkitab Setahun [kitab]Amsal30[/kitab] ;  [kitab]Kolos3[/kitab] ;  [kitab]IITaw18-19[/kitab]

Kita sering mengalami kegagalan. Kesalahan pasti terjadi. Tetapi bagaimana kita harus meresponinya?

Alexander Pope pernah berkata, "Melakukan kesalahan itu manusiawi, mengampuni itu sifat Ilahi." Nah, mari kita renungkan. 

Ketika orang menyinggung kita, kita harus mengampuni mereka. Ketika kita membuat kesalahan, kita perlu mengampuni diri sendiri. Kita harus terus maju dari kesalahan tersebut agar bisa belajar darinya. Jika sikapmu benar, maka situasi tersebut akan menjadi pelajaran penting bukannya menjadi penghalang. 

Dalam bukunya, Failing Forward, John Maxwell memberikan lima aturan yang harus kita ingat:

1. Kamu akan mendapatkan pelajaran

2. Tidak ada kesalahan - hanya pelajaran

3. Pelajaran akan terus diulang hingga kita benar-benar mengerti

4. Jika kamu tidak belajar pelajaran mudah, maka pelajaran itu menjadi sulit

5. Kamu akan tahu bahwa kamu sudah memetik pelajaran jika tindakanmu berubah

Kegagalan bukanlah sesuatu yang membuat kita merasa bersalah atau takut. Itu adalah bagian dari hidup. Agar kita belajar. Tuhan ingin kita bertumbuh dan belajar dari kekecewaan. 

Ibrani 12 bicara tentang kerinduan Tuhan untuk mengajar kita. Di ayat lima dan wnam, Tuhan bicara tentang jangan putus asa. Dia ingin kita mengerti bahwa Dia tetap mencintai kita sekalipun kita gagal:

Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."

Tuhan menyebut kita putra-putri-Nya. Dia mencintai kita dan tidak ingin kita terus menerus melakukan kekeliruan. Kemudian di ayat 11, Tuhan mengingatkan kita sukacita yang akan kita terima saat kita naik kelas bersama-Nya : 

Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.

Setiap kali kita gagal dan belajar dari hal itu, kita sedang membangun "menara kesuksesan." Kita bisa membandingkan kegagalan dengan sebuah batu. Saat kita menaruh satu kegagalan di atas kegagalan lainnya, kita menunjukkan kepada Tuhan bahwa kita sedang membangun dan bukannya berhenti. Sukses akan menjadi miliki kita jika kita tidak menjadi pribadi yang kalah dan menyerah. 

Pilihan ada ditangan kita. Kita bisa menjadi orang yang gagal atau sukses. Alkitab menyatakan bahwa kita adalah pribadi-pribadi pemenang. Ijinkan Tuhan menjadikan kita tiang-tiang bait suci-Nya, seseorang yang bisa Dia andalkan. 

Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru. ~ Wahyu 3:12

Ikuti Kami