Shalom! Selamat pagi saudara. Pagi ini kita akan belajar tentang hati Tuhan bagi orang lain. Kiranya kita bisa belajar untuk memiliki hati yang sama melalui renungan ini.
Ayat Renungan: Lukas 15: 4-6 – “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?”
Pertanyaan: Apakah kita sudah memiliki hati yang sama dengan Tuhan tentang jiwa-jiwa?
Dalam Lukas 15:4-6, Yesus menyampaikan perumpamaan tentang seorang gembala yang meninggalkan 99 domba untuk mencari satu domba yang hilang. Perumpamaan ini mengajarkan kita bahwa setiap jiwa sangat berharga di mata Tuhan. Bagi-Nya, satu jiwa yang hilang layak dicari dan diselamatkan.
Yesus ingin membalikkan pandangan orang-orang agamawi di masa itu, yang hanya peduli dengan orang-orang yang hidup baik dan rajin beribadah di Bait Allah. Bagi Yesus sendiri, esensi menjadi orang-orang percaya adalah menjangkau mereka yang berada di luar tembok Bait Allah. Sehingga ketika orang-orang agamawi sibuk membangun tembok, Yesus memilih untuk membangun jembatan penghubung antara orang yang belum percaya kepada Tuhan. Dan saat orang-orang beragama mengunci pintu gerejanya rapat-rapat, Yesus memilih untuk mencopot gembok gereja untuk membukanya bagi semua orang.
Orang Farisi tidak memahami mengapa Yesus bergaul dan melayani orang-orang berdosa. Karena mereka tidak menyadari bahwa mereka juga berdosa. Sehingga mereka tidak bisa memandang orang lain sama seperti Tuhan memandang. Melalui perumpamaan ini, Tuhan mau kita punya hati yang sama dengan Dia – membuka diri bagi semua orang. Kita perlu melihat orang-orang yang hidup di luar Tuhan dengan penuh belas kasih dan membuat kita terdorong untuk membagikan kasih serta harapan kekal kepada mereka yang belum mengenal Dia. Seperti yang tertulis dalam 1 Timotius 2:4, "Ia menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan tentang kebenaran."
Hari ini, mari menyelidiki bagaimana kita menghidupi kekristenan kita. Apakah kita sudah memiliki hati yang sama dengan Tuhan tentang jiwa-jiwa?