Markus 10:14
“Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.”
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 62; Markus 6; Bilangan 7-8
Ayat yang kita baca seringkali hanya dimaknai untuk membawa anak-anak pada Tuhan: Jangan dihalangi! Setelah itu berhenti. Mari coba kita lihat lebih dalam. Ayat yang kita baca ini menarik karena ditempatkan dalam tema tentang perceraian dan orang kaya yang sukar masuk Surga, lalu ditutup dengan tema tentang mengikut Yesus. Apa maksudnya? Apakah kebetulan perceraian justru yang dibahas anak?
Dalam ayat ini, kita diperlihatkan sesuatu yang sangat kontras, orang dewasa-anak, orang kaya-orang miskin, kawin-cerai, dan masih banyak yang lain. Tuhan berkata masuk ke dalam kerajaan Allah itu:
- Biarkan anak-anak datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk kedalamnya.
- Anak-anak-Ku (memakai kata anak bukan murid) alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah.
- Puncaknya ayat 35-45 murid-murid justru berkelahi menjadi yang terbesar.
Mengapa? Ini semua menandakan bahwa anak-anak menjadi contoh bagi para orang dewasa termasuk para murid bahwa mereka harus belajar memiliki hati yang mau dimuridkan seperti anak-anak. Anak yang mau taat, mau dimuridkan, mau dibentuk. Ia tidak punya motif tersembunyi ketika datang pada Tuhan, bukan mencobai (ayat 2), bukan ingin dapat hidup kekal (ayat 17), tidak minta upah, bahkan tidak mencari kemuliaan. Lalu hati anak yang mau dimuridkan seperti apa? Jawabannya di ayat 32-34. Hati anak yang mau taat, mau berkorban bahkan menyerahkan hidupnya bagi orang yang dikasihinya.
Pemuridan yang Tuhan ajarkan bukan hanya duduk, diam, mendengar firman gurunya. Tetapi lebih kepada praktek hidup, bagaimana dia mau memberi waktu, memberi diri, memberi kasih dan berkorban bagi orang yang dikasihi. Ini tamparan besar bagi para orang tua sekarang, pemuridan itu bukan hanya duduk di gereja, mendengar firman tiap minggu.
Tetapi kesediaan menghabiskan waktu dengan anak, mengerti keinginannya (hadir secara fisik, secara hati dan pikiran), kemauan untuk memberkati dan mendoakan dengan menumpangi tangan, kemauan untuk berkorban agar anaknya selamat dan mengenal Allah. Siapa orang tua yang berani melakukan hal ini? Pemuridan yang sesungguhnya ada di tangan orang tua! Orang tua perlu dimuridkan supaya bisa mendidik anak sesuai dengan firman kebenaran Tuhan.
Tuhan memberkati.