Matius 8: 32
Yesus berkata kepada mereka: "Pergilah!" Lalu keluarlah mereka
dan masuk ke dalam babi-babi itu. Maka terjunlah seluruh kawanan babi itu dari
tepi jurang ke dalam danau dan mati di dalam air.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 18; Matius 18; Kejadian 35-36
Sebagai seorang anak muda, setiap kali datang ke sebuah
pameran di pedesaan setiap tahun, pameran kesukaanku pastinya adalah pena dengan hiasan babi. Hanya membayangkannya saja akan membuatku tersenyum.
Kita hidup di budaya yang hampir terobsesi pada hewan. Hewan
peliharaan yang dimanjakan di mana-mana. Ada kebun binatang, film tentang
binatang, video dan acara televisi. Di waktu senggang, aku biasanya suka
menonton film dokumenter soal alam. Aku menyaksikan pertunjukan tentang beragam
jenis hewan. Aku gak pernah bosan mengagumi karya ciptaan Tuhan yang menakjubkan itu.
Jadi, gak heran banyak yang meragukan kasih Yesus karena membiarkan 2000 babi terjun ke jurang dan mati.
Kerasukan Setan
Kisah ini ditemukan dalam Injil Matius, Lukas dan Markus. Yesus
baru saja berlayar menyeberangi Danau Galilea ke wilayah non-Yahudi bersama murid-murid-Nya. Lalu mereka bertemu dengan seorang laki-laki telanjang, gila dan kerasukan setan.
Yesus lalu berbicara kepada laki-laki itu, tapi setan yang merasukinya
berteriak. “Apa yang engkau mau dari kami, Yesus? Sumpah demi Tuhan engkau tidak akan menyiksa kami! Jangan kirim kami ke dalam jurang!” kata setan itu.
Bayangkan berapa besar kuasa si iblis saat itu? Benar-benar lucu
karena kita bisa melihat perilaku mereka seperti pengemis yang meringkuk dan mendesis.
Bayangkan adegan ini: setelah roh-roh jahat menyadari bahwa Yesus tidak datang
untuk melakukan penghakiman terakhir kepada mereka. Tapi Yesus memaksa mereka, para
roh-orh jahat itu untuk keluar dari tubuh laki-laki itu dan mencari korban baru. Di sebuah lereng bukit, sekelompok besar babi sedang merumput.
Juru Slamat yang Pengasih
Roh-roh jahat itu merasa senang waktu mengajukan permintaan
kepada Yesus. Mereka meminta untuk mengirimkan mereka kepada babi-babi itu. Mereka
berpikir, kalau mereka tidak bisa menghancurkan hidup laki-laki itu mereka bisa
menimbulkan kemarahan dari penduduk setempat karena telah membunuh babi-babi mereka.
Bisa dimengerti jika penduduk setempat pasti akan marah. Karena saat itu babi adalah bisnis yang menguntungkan bagi mereka.
Lalu Yesus menjawab si iblis, “Pergilah!” (Matius 8: 32). Tiba-tiba,
si iblis menyerbu babi-babi itu, membuat kawanan panik dan ketakutan karena kekacauan di rumput, udara dan tanah. Akibatnya, babi-babi itu terjun ke jurang dan mati.
Bayangkan, kamu adalah orangtua, anak atau saudara kandung laki-laki
yang dirasuki setan itu. Selama bertahun-tahun, kamu menyaksikan hidupnya di tengah
kuburan, berteriak-teriak hingga malam dan menyayat-nyayat tubuhnya dengan
batu. Dia menjadi kasar. Dan saat si iblis meminta ijin kepada Yesus untuk
memasuki babi-babi itu, bagaimana reaksimu? Apa yang akan kamu katakan kepada Yesus?
Tuhan melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik (Kejadian 1: 31)
Masalahnya, saat kita fokus pada kehilangan babi-babi itu, kita
kehilangan pandangan tentang apa yang lebih penting. Kalau orang itu adalah ayah,
kakak atau anak laki-laki kita, kita akan memohon kepada Yesus untuk
menyelamatkan laki-laki itu. Apapun risikonya. Dan waktu Dia melakukannya, kita
akan diliputi kegembiraan dan ucapan syukur, kita bahkan gak akan memikiran babi itu.
Bagaimana mungkin, saat jiwa manusia yang diciptakan dengan gambar
Allah, dibebaskan dari siksaan yang mematikan? Kenyataannya adalah bahwa Yesus menunjukkan
belas kasih-Nya yang terdalam dengan menyatakan satu jiwa yang hilang lebih
berharga dari 2000 ekor babi.
“Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba?” (Matius 12: 12)
Hak cipta Studi Alkitab 6 minggu Week Four of LEGION: Rediscovering the
God Who Rescues Me oleh Shandia Hrichi, digunakan dengan ijin Cbn.com