"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana."
Mazmur 90:12
bacaan Alkitab setahun: Mazmur 52; Markus 2; Yesaya 57-58
“Kemanakah waktu telah berlalu? Rasanya baru kemarin saya mengantarkan anak saya saat pertama kali melangkahkan kaki ke bangku sekolah dasar. Sekarang, hanya dalam hitungan hari mereka akan merantau untuk meneruskan studi mereka di perguruan tinggi.”
Pada sebuah percakapan telepon
bersama teman lama, kami membicarakan mengenai anak-anak yang tumbuh begitu
cepat. Kini anak teman saya sudah menjadi seorang konselor di sebuah gereja, sementara anak saya baru mau memulai perjalanannya di perguruan tinggi.
Percakapan kami kemudian beralih ke sebuah rencana
pensiun yang akan diambil oleh
teman-teman sepermainan kami. Ada yang memutuskan untuk menghabiskan
masa tua di sebuah desa, ada pula yang belum memiliki rencana apa pun di masa tuanya nanti.
"Aku sangat sedih saat ada
orang terdekatku pindah," terang
saya. "Tetanggaku, yang selalu ikut kumpul bersama kami setiap ada
pertemuan keluarga selama 10 tahun berturut-turut, pindah ke provinsi lain
minggu lalu karena pekerjaan barunya. 10 tahun pertemanan rasanya tidak cukup."
Percakapan tersebut jadi lebih
panjang daripada yang saya kira. Membawa sebuah perenungan tersendiri buat saya kalau kehidupan memang berubah dan waktu terus berlalu.
Akhir musim lalu, sebuah
pertemuan keluarga yang saya tunggu-tunggu telah berakhir saat saya merasakan kalau acara tersebut baru saja dimulai. Pada suatu sore, saya
sibuk membolak balikkan foto album, dimana saya menemukan kumpulan foto semasa sekolah saya dulu.
Saya menyadari kalau beberapa dari
mereka juga sudah ada yang dipanggil Tuhan. Beberapa dari mereka juga sudah ada
yang dipanggil 'Nenek' atau 'Kakek'. Warna rambut mereka juga sudah berubah,
bahkan ada yang sudah memutih seluruhnya. Saya kembali memandangi kalender, bertanya-tanya mengapa hari-hari ini terasa begitu cepat.
Waktu, dan perubahan yang
mengiringinya tidak dapat kita hindari. Ada orang yang bertanya-tanya mengenai
jurusan yang harus ia ambil saat perguruan tinggi nanti, sementara tidak lama
kemudian ia mulai bertanya-tanya mengenai bagaiman ia akan menghabiskan masa
tuanya. Bayi yang dulu kita gendong kemanapun, tanpa terasa akan menjadi seorang istri dan ibu dari cucu-cucu kita.
Dalam musim kehidupan, Pengkhotbah
3:1 mengingatkan kita, "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya."
Lalu, apa yang harus kita lakukan
terhadap waktu yang kini kita miliki? Mazmur 90:12 di atas mengingatkan kita untuk menggunakan
waktu dengan bijaksana. Hari-hari kita akan
berlalu, dan kita akan terus berjalan melalui setiap masa kehidupan kita. Waktu sendiri adalah anugerah Tuhan. Akahkah kita menggunakan waktu ini secara bijaksana?
Dalam setiap keputusan, marilah kita mencari jalan kehidupan lewat
firman Tuhan, berdoa untuk memperluas wawasan kita, mencari nasihat dari
teman-teman yang dekat dengan Tuhan, dan menunggu untuk membuat keputusan yang
bijaksana, bukan impulsif.
Hak Cipta © 2018 Marilyn Nutter, digunakan dengan izin.