Mazmur 51: 16-17
Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya
kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Korban sembelihan
kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan
Kaupandang hina, ya Allah.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 37; 1 Timotius 1; Yesaya 27-28
Kita sering dengar kalau ‘memaafkan diri sendiri lebih sulit
daripada menerima pengampunan dari Tuhan’. Tapi itu masih sebagian kecil dari
yang kita tahu. Kita bahkan tak akan bisa lupa dengan momen itu dan ingatan itu bahkan bisa jadi kenangan buruk yang akan selalu kita simpan di memori kita.
Beberapa pengalaman bisa jadi begitu traumatis sampai membuat
hidup kita hancur selamanya setiap kali mengingatnya. Tapi oleh karena kasih karunia Allah, kita gak perlu hidup dalam trauma itu selamanya.
Suatu hari, waktu aku masih melayani sebagai pendeta di penjara,
ada seorang pria Rusia berdiri menerima Yesus sebagai juruslamatnya. Saat itu, tetesan
air mata memenuhi pipinya. “Aku tak bisa melupakan apa yang sudah aku lakukan pada
begitu banyak orang,” katanya. Dia melakukan hal mengerikan kepada banyak orang
dan hal itulah yang menghantui pikirannya. Saat mengakui dosa-dosanya kepada Yesus, pikirannya semakin dipenuhi dengan semua kenangan mengerikan itu.
Aku membantunya sebaik mungkin dengan mendorong dia meletakkan
rasa sakit dan gambar di tangan Tuhan yang mati secara mengerikan di kayu salib
untuk semua dosa-dosanya. Ucapanku sedikit melegakannya dan membuatnya lebih tenang. Tapi aku tahu masih ada rasa sakit yang tertinggal di dalam hatinya.
Aku pun teringat sesuatu yang aku pelajari selama karirku sebagai
seorang psikolog. Rasa sakit harusnya dilepaskan seperti saat kita mengupas bawang
dengan membuka kulitnya lapis demi lapis. Sementara saat kita langsung memotongnya saja hanya akan membuat kita terus terperangkap dalam rasa bersalah.
Aku masih terus berdoa untuk pria itu supaya dia belajar untuk
mengubur semua kenangan mengerikan itu saat tiba-tiba muncul di benaknya. Lalu mengakuinya dan menaruhnya di bawah tangan Tuhan yang penuh kasih dan pengampunan.
Hati yang hancur dan penuh penyesalan biasanya menunjukkan kejujuran
dan kerendahan hati. Sehingga dengan itu Tuhan akan bisa masuk dan menyembuhkan setiap luka-luka hati dengan perlahan.
Mungkin saat ini kamu ada dalam kondisi serupa, mari ucapkan doa ini:
“Bapa terkasih. Tolong bantu kami untuk memahami bahwa tak
peduli apapun kondisi kami saat ini, jawaban untuk hidup dengan kenangan menyakitkan
sama seperti apa yang dialami oleh para tahanan : apapun kejahatannya, satu lapis demi satu lapis (akan dilepaskan). Dalam nama Yesus, Amin.”
Hak cipta Bob Segress, Ph.D, diterjemahkan dari Cbn.com