Saat Kamu Diperhadapkan Dengan Tragedi, Lakukanlah Hal Ini
Kalangan Sendiri

Saat Kamu Diperhadapkan Dengan Tragedi, Lakukanlah Hal Ini

Puji Astuti Official Writer
      4346

Mazmur 138:7-8

Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku; terhadap amarah musuhku Engkau mengulurkan tangan-Mu, dan tangan kanan-Mu menyelamatkan aku. TUHAN akan menyelesaikannya bagiku! Ya TUHAN, kasih setia-Mu untuk selama-lamanya; janganlah Kautinggalkan perbuatan tangan-Mu!

Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 60; Markus 10; 2 Tawarikh 31-32

Suatu hari ketika jari-jariku menari di keyboard komputer, tiba-tiba sesuatu terjadi. Otot-otot saya menegang. "Cindi, aku tidak tahu apa yang salah," demikian aku mengabari seorang teman yang sangat bijaksana. "Saya terjebak, benar-benar macet. Komputerku mengatakan tidak ada ruang di disk dan  kehabisan memori."

Bahkan dari jauh, dia menyelesaikan krisis yang saya hadapi. "Kadang-kadang," ia menulis dalam pesan singkat dengan lembut, "ini bisa terjadi ketika kamu terlalu banyak membuka tab browser."

Duh! Itulah yang terjadi. Aku adalah ratu multi-tasking, memiliki begitu banyak hal yang ingin dilakukan sekaligus sehingga hal itu membuatku mengalami masalah.

Mengapa kita melakukan itu? Kita seringkali juga  membuka banyak jendela dalam kehidupan kita juga — anak-anak kita melakukan sesuatu di luar tembok rumah untuk kesekian kalinya, dan kita membuka jendela kekhawatiran. Kapan mereka akan belajar? Masalah keuangan belum juga teratasi, jadi kita membuka jendela kecemasan. Rumah sakit mengirim  pesan, "Kami menemukan sesuatu yang tidak normal dalam tes kesehatan Anda." Lalu kita membuka jendela ketakutan. Pasangan kita masih juga  tidak mengerti keinginan kita jadi kita membuka jendela kemarahan.

Kemudian hidup kita menjadi macet, tanpa ingatan lagi tentang sukacita. File tempat kedamaian disimpan tidak dapat diakses dan folder keamanan kosong.

Aku  pernah mengalaminya dan itu tempat yang buruk ketika folder itu kosong, ketika folder itu kosong dari kepercayaan, jaminan atau harapan. Tidak dapat menghadapi tragedi yang tak terduga, saya mengisi folder hati saya dengan kesedihan dan kesuraman. Pada usia 31 tahun, penyakit retina merampas pandangan saya, secara agresif, sepenuhnya, dan tanpa harapan untuk mendapatkannya kembali.

Saat itulah aku membuka bukan hanya jendela, tetapi pintu depan kehidupanku untuk mengasihani diri sendiri. Kenapa aku? Saya bertanya berulang kali. Angin kecemasan dan ketakutan bertiup menembus jiwaku. Apa yang akan saya lakukan jika menjadi buta, tidak dapat merawat putra-putraku yang berusia 3, 5 dan 7 tahun, di mana aku akan mendapatkan bantuan, jawaban atas pertanyaan-pertanyaanku, penghiburan? Bagaimana aku bisa menenangkan rasa takutku yang mengganggu?

Di tengah semua pertanyaan itu, seperti teman saya Cindi, Yesus dengan  lembut datang menyelamatkan saya. Untuk mengingatkan saya dan menunjuk ke jenis ketakutan yang berbeda, rasa takut yang mengantar kenyamanan sempurna:

Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada-Mu, di hadapan manusia! Mazmur 31:20

Dan sewaktu di bawah perlindungan-Nya, jendela-jendela emosi yang merusak  itu ditutup. Pintu kebijaksanaan dibuka sebagai gantinya. Mereka mengantar tiga kebenaran penting untuk menaklukkan rasa takut:

-  Tuhan pencipta alam semesta sedang melihat. Dia mendengarkan dan siap menunjukkan jalan dalam kegelapan.

-  Dia akan mengangkat kita, memberi kita kekuatan, dan menciptakan kehidupan baru di dalam kita.

- Dia akan memenuhi janji-Nya: "Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku;" Mazmur 138: 7a

Bapa, di tengah-tengah rasa takut yang memicu stres, betapa menyenangkannya mengetahui bahwa Engkau, dengan kekuatan-Mu yang  besar, akan membawa aku dengan aman melalui semua emosi yang menakutkan ini. Ajari aku untuk percaya pada-Mu, dalam waktu-Mu dan dengan cara-Mu. Karena Engkau, maka aku akan dengan sengaja menutup setiap jendela emosi negatif sehingga aku bisa mengalami kebebasan dari semua ketakutanku. Dalam nama Yesus, Amin.

Hak Cipta © 2014, Janet Perez Eckles, digunakan dengan izin.

Ikuti Kami