Mazmur
62:8
"Percayalah
kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapanNya; Allah
itu tempat perlindungan kita."
Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur
39; 1 Timotius 3; Yesaya 31-32
Apa yang terjadi denganku,
apa yang terjadi dengan sukacitaku?
Pertanyaan ini seakan menarik
jiwaku ketika aku berjalan dengan susah payah setiap hari dalam menjalani hidup
ini.
Awan gelap melayang di atasku
setiap hari. Dan tidur, merupakan sebuah perjuangan bagiku. Ketika saya mencoba
untuk tidur, tiba-tiba anak-anak bangun dan menerorku sehingga sering sekali
aku kurang tidur karena jam tidur yang selalu penuh dengan kegelisahan.
Kadang saya membenci pagi
hari, saya takut memulai hari baru.
Gimana mungkin saya bisa
menjadi ibu yang baik ketika saya selalu merasa sedih dan lelah juga depresi
dengan keadaanku?
Hatiku sepertinya mati rasa,
hal-hal yang membawa sukacita sekarang tampaknya sangat kosong dan hampa. Tugas
rutin membuatku benar-benar kewalahan, kekuatanku hampir habis.
Saya jadi nggak ingin keluar,
nggak ingin melakukan kegiatan yang menyenangkan dengan anak-anak, dan paling
penting, saya nggak ingin bicara kepada orang lain tentang gimana perasaan saya
sekarang.
Depresi membawa stigma, jika
saya mengakui pergumulan yang saya
hadapi setiap hari kepada orang atau teman saya, saya khawatir mereka akan
melihat saya sebagai orang lemah dan nggak rohani.
Mereka mungkin akan memberiku
bantuan yang sama sekali nggak membantu, atau mereka akan menghakimiku.
Oh, depresi bisa menjadi
sebuah penjara. Ini seperti berjalan melewati lembah yang gelap dengan tebing yang menjulang tinggi
menghalangi sinar matahari sehingga rasanya saya tak memiliki harapan untuk
melarikan diri.
Saya benar-benar menghabiskan
waktu di sana tapi akhirnya keluar dari sisi lain. Bolehkah saya berbagi dengan
kamu mengenai apa yang saya pelajari dari kisah saya tersebut?
1. Jadilah apa adanya dengan Tuhan
Yesus menyebut diriNya sebaga
Allah pengharapan dan Dia juga mengundang kita untuk mencurahkan isi hati kita
kepadaNya.
"Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita
dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu
berlimpah-limpah dalam pengharapan." (Roma 15:13)
"Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai
umat, curahkanlah isi hatimu di hadapanNya; Allah itu tempat perlindungan
kita." (Mazmur 62:8)
Hati-Nya sangat baik dan
penuh dengan belas kasih bukan kutukan. Dia bisa mengatasi rasa sakit kita dan
kita nggak akan kecewa ketika kita berjuang. Dia masih Allah yang sama, yang
penuh dengan mujizat dan menyembuhkan hati kita.
2. Biarkan orang lain masuk dalam perjuangan
kita
Sulit jika kamu bergumul
seorang diri, tapi jujur dan mengakui kebutuhan kita dalam perjuangan ini lalu
meminta bantuan dari orang terdekat adalah langkah besar dalam proses
pemulihan.
Nggak cuma kepada orang
terdekat atau teman, kamu juga bisa meminta bantuan kepada sekelompok pendoa
yang bisa membawa masalah kamu ke
hadapan Tuhan. Mungkin juga seorang dokter yang bisa mengevaluasi kamu dan
memberikan perspektif medis.
3. Lakukan sesuatu untuk dirimu sendiri
Kedengarannya mungkin sangat
egois, tapi kadang ini adalah hal yang paling sehat dan nggak egois yang bisa
kamu lakukan. Kita nggak bisa menuangkan ke dalam orang lain jika tangki kita
kosong. Temukan sesuatu yang membuat kamu istrahat atau merasakan kenikmatan.
Berikan ruang untuk itu dalam hidup kamu.
4. Kemajuan bukan kesempurnaan
Hari itu mungkin terasa
sangat menakutkan dengan pekerjaan dan
tanggung jawab yang luar biasa. Dari pada berjuang untuk sebuah kesempurnaan,
melangkahlah dan fokuslah untuk membuat kemajuan dan bersukacita dalam setiap
langkah.
Tuhan kita sabar bahkan dalam
proses membentuk Kristus dalam diri kita. Dia nggak terburu-buru, Dia juga
nggak kecewa karena kita nggak segera menuju pemulihan. Menjadi seperti Yesus
adalah proses seumur hidup dimana Tuhan berkomitmen untuk menyelesaikannya.
"Akan hal ini aku yakin sepenuhnya yaitu
Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai
pada akhirnya pada hari Kristus Yesus." (Filipi 1:6)
Depresi adalah teman yang
sangat kejam, tapi hal itu nggak akan mendefiniskan kita. Kita bukan korban
yang tak berdaya tapi anak-anak yang
berharga dari Allah yang maha kuasa. Dia selalu dekat dan telah membuat kita
lebih dari pemenang melalui kasih tanpa pamrih dariNya.
Hak Cipta © 2016 Meredith
Mills