Ketika Depresi Menghantui,Berceritalah Sebab Allah Tetap Allah Yang Sama Kan Memulihkanmu
Kalangan Sendiri

Ketika Depresi Menghantui,Berceritalah Sebab Allah Tetap Allah Yang Sama Kan Memulihkanmu

Naomii Simbolon Official Writer
      3791

Mazmur 62:8

"Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapanNya; Allah itu tempat perlindungan kita."

 

Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 39; 1 Timotius 3; Yesaya 31-32

Apa yang terjadi denganku, apa yang terjadi dengan sukacitaku?

Pertanyaan ini seakan menarik jiwaku ketika aku berjalan dengan susah payah setiap hari dalam menjalani hidup ini.

Awan gelap melayang di atasku setiap hari. Dan tidur, merupakan sebuah perjuangan bagiku. Ketika saya mencoba untuk tidur, tiba-tiba anak-anak bangun dan menerorku sehingga sering sekali aku kurang tidur karena jam tidur yang selalu penuh dengan kegelisahan.

Kadang saya membenci pagi hari, saya takut memulai hari baru.

Gimana mungkin saya bisa menjadi ibu yang baik ketika saya selalu merasa sedih dan lelah juga depresi dengan keadaanku?

Hatiku sepertinya mati rasa, hal-hal yang membawa sukacita sekarang tampaknya sangat kosong dan hampa. Tugas rutin membuatku benar-benar kewalahan, kekuatanku hampir habis.

Saya jadi nggak ingin keluar, nggak ingin melakukan kegiatan yang menyenangkan dengan anak-anak, dan paling penting, saya nggak ingin bicara kepada orang lain tentang gimana perasaan saya sekarang.

Depresi membawa stigma, jika saya  mengakui pergumulan yang saya hadapi setiap hari kepada orang atau teman saya, saya khawatir mereka akan melihat saya sebagai orang lemah dan nggak rohani.

Mereka mungkin akan memberiku bantuan yang sama sekali nggak membantu, atau mereka akan menghakimiku.

Oh, depresi bisa menjadi sebuah penjara. Ini seperti berjalan melewati lembah yang gelap dengan tebing yang menjulang tinggi menghalangi sinar matahari sehingga rasanya saya tak memiliki harapan untuk melarikan diri.

Saya benar-benar menghabiskan waktu di sana tapi akhirnya keluar dari sisi lain. Bolehkah saya berbagi dengan kamu mengenai apa yang saya pelajari dari kisah saya tersebut?

1. Jadilah apa adanya dengan Tuhan

Yesus menyebut diriNya sebaga Allah pengharapan dan Dia juga mengundang kita untuk mencurahkan isi hati kita kepadaNya.

"Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan." (Roma 15:13)

"Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapanNya; Allah itu tempat perlindungan kita." (Mazmur 62:8)

Hati-Nya sangat baik dan penuh dengan belas kasih bukan kutukan. Dia bisa mengatasi rasa sakit kita dan kita nggak akan kecewa ketika kita berjuang. Dia masih Allah yang sama, yang penuh dengan mujizat dan menyembuhkan hati kita.

2. Biarkan orang lain masuk dalam perjuangan kita

Sulit jika kamu bergumul seorang diri, tapi jujur dan mengakui kebutuhan kita dalam perjuangan ini lalu meminta bantuan dari orang terdekat adalah langkah besar dalam proses pemulihan.

Nggak cuma kepada orang terdekat atau teman, kamu juga bisa meminta bantuan kepada sekelompok pendoa yang bisa membawa masalah  kamu ke hadapan Tuhan. Mungkin juga seorang dokter yang bisa mengevaluasi kamu dan memberikan perspektif medis.                                                                 

3. Lakukan sesuatu untuk dirimu sendiri

Kedengarannya mungkin sangat egois, tapi kadang ini adalah hal yang paling sehat dan nggak egois yang bisa kamu lakukan. Kita nggak bisa menuangkan ke dalam orang lain jika tangki kita kosong. Temukan sesuatu yang membuat kamu istrahat atau merasakan kenikmatan. Berikan ruang untuk itu dalam hidup kamu.

4. Kemajuan bukan kesempurnaan

Hari itu mungkin terasa sangat menakutkan  dengan pekerjaan dan tanggung jawab yang luar biasa. Dari pada berjuang untuk sebuah kesempurnaan, melangkahlah dan fokuslah untuk membuat kemajuan dan bersukacita dalam setiap langkah.

Tuhan kita sabar bahkan dalam proses membentuk Kristus dalam diri kita. Dia nggak terburu-buru, Dia juga nggak kecewa karena kita nggak segera menuju pemulihan. Menjadi seperti Yesus adalah proses seumur hidup dimana Tuhan berkomitmen untuk menyelesaikannya.

"Akan hal ini aku yakin sepenuhnya yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus." (Filipi 1:6)

Depresi adalah teman yang sangat kejam, tapi hal itu nggak akan mendefiniskan kita. Kita bukan korban yang tak berdaya tapi  anak-anak yang berharga dari Allah yang maha kuasa. Dia selalu dekat dan telah membuat kita lebih dari pemenang melalui kasih tanpa pamrih dariNya.

 

Hak Cipta © 2016 Meredith Mills

 

Ikuti Kami