Bajak Sang Petani
Kalangan Sendiri

Bajak Sang Petani

Lestari99 Official Writer
      7530
Yakobus 5:7b
Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi.

Bacaan Alkitab setahun : Mazmur 126; Yohanes 3; Yeremia 50-51

Dalam novelnya yang berjudul "Anak Tani", Laura Ingals Wilder melukiskan kehidupan seorang anak petani bernama Almanzo di Amerika pada abad ke-19. Saat musim semi tiba, Almanzo diberi tugas oleh ayahnya untuk membajak ladang. Ia harus memasang dua ekor kuda kepada garu dan mengendalikan kuda-kuda itu untuk membajak ladang. Pertama seluruh ladang digaru dengan arah membujur, kemudian sekali lagi dengan arah melintang. Tujuannya agar gigi garu yang tajam berkali-kali menggaruk tanah dan menghancurkan tanah yang keras. Semua tanah di ladang harus dibuat gembur dan halus sebelum Almanzo dapat menanami ladang ayahnya dengan bibit kentang.

Agar dapat menghasilkan panen yang baik, benih unggul dan hujan yang turun tepat pada waktunya saja tidak cukup. Pertama-tama seorang petani perlu membajak ladangnya agar hujan dapat meresap ke sela-sela tanah gembur dan membuat benih tumbuh dengan subur. Begitu juga dengan Tuhan, sebelum Ia menurunkan hujan berkat-Nya, Ia terlebih dahulu ‘membajak' hati kita agar hujan berkat-Nya tidak tercurah sia-sia. Pemazmur menyebutkan bahwa ada ‘alur bajak' yang sudah dikerjakan Tuhan dan ‘gumpalan-gumpalan tanah' (Mazmur 65:11) yang siap menyerap berkat Illahi yang jatuh ke atasnya.

Proses pembajakan itu sendiri bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Saat garu bajak Tuhan mulai bekerja, hidup Anda pasti akan dibuat jungkir balik. Apakah Anda merasa hidup, pekerjaan atau karir Anda sedang tak karuan? Jangan kecil hati. Dirus hujan berkat sudah menunggu dan Tuhan sedang mempersiapkan hati Anda untuk menerimanya.

Tuhan akan membajak hati kita sebelum menurunkan hujan berkat-Nya.

Ikuti Kami