Titus 2: 13-14
"Dengan menantikan penggenapan
pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang
Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya
bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan
bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik."
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 56;
Markus 6; Yesaya 65-66
Ketika Tuhan turun ke dunia dan
menjadi manusia, Dia yang ‘tidak terbatas’, kini menjadi terbatas. Dibatasi
oleh fisik manusia yang lemah. Selama lebih dari tiga dekade, otoritasnya yang
tidak terbatas menjadi terbatas sesuai dengan kemampuan manusia.
Pernahkah kamu berpikir, apakah Yesus
saat itu tergoda untuk menggunakan kembali otoritas-Nya sebagai Tuhan? Di tengah
perjalanan panjangnya, apakah Dia pernah mempertimbangkan untuk melakukan
teleportasi ke kota selanjutnya tanpa perlu lelah berjalan kaki?
Saat hujan membekukan tulangnya,
apakah Dia pernah tergoda untuk merubah cuaca dengan kemampuan-Nya? Ketika
panas menyengat, apakah Dia pernah berpikir untuk mampir ke tempat yang nyaman
dan menikmati minuman segar?
Jika memang saat itu Dia pernah
memiliki pikiran seperti itu, Dia tidak pernah menyerah pada hal tersebut, dan
hal itu tidak pernah dicatat dalam Alkitab sekalipun. Pikirkan tentang ini.
Kristus tidak pernah sekalipun menggunakan kekuatan supranatural-Nya untuk
kenyamanan pribadi-Nya.
Kita tahu bahwa Dia bisa mengubah
tanah yang keras menjadi tempat tidur yang empuk dengan satu kata, tapi Dia
tidak pernah melakukannya. Dengan membalik telapak tangan-Nya, Dia bisa
membantah tuduhan orang-orang Farisi yang dilayangkan kepada-Nya, tetapi Dia
tidak melakukannya. Dengan kedipan mata-Nya, bisa saja Dia melumpuhkan tangan prajurit yang mengenakan
mahkota duri kepada-Nya, tapi Dia tidak melakukannya.
Apakah kamu tahu hal paling keren
tentang kenapa Tuhan datang ke dunia ini dan menjadi manusia?
Bukannya Dia tidak bisa melakukan
semua itu, namun Yesus tetap mentaati rencana Bapa-Nya demi keselamatan seluruh
umat manusia yang Ia kasihi. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal,” (Yohanes
3: 16).
Dia tidak hanya menjalani
penderitaan, dan siksaan, tetapi Dia harus menjalani kematian dan dikuburkan
selama tiga hari untuk mengalahkan maut. Hal ini dilakukannya agar kita tidak
lagi mengalami penderitaan, siksaan, dan kematian kekal. Sebaliknya, Dia
menganugerahkan keselamatan dan hidup yang kekal kepada kita.
Apakah kamu sudah menerima
keselematan ini? Sahabat 24 siap membantu! Kunjungi
http://bit.ly/inginKonseling