Mazmur 103: 2
Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 41; 1 Timotius 5; Yesaya 35-36
Dua orang wanita mulai memperbincangkan tentang proses
menjadi tua. Lalu salah satu diantaranya berkata, "Hal terburuk dari menjadi
tua adalah kehilangan ingatan. Aku memang mengenalmu tapi aku tidak bisa
mengingat namamu. Apa ya namanya?" tanyanya. Lalu wanita lainnya berpikir sejenak dan berkata, “Apa kamu sedang membutuhkan jawaban sekarang?”
Ingatan adalah sesuatu yang unik. Karena ingatan merupakan sesuatu
yang sangat penting bagi manusia. Di dalam Alkitab, Musa sangat paham dengan masalah
ini. Di Ulangan 8, melalui perintah yang dia sampaikan kepada semua orang
Israel saat akan memasuki Tanah Perjanjian, kita bisa memetik 4 prinsip tentang
bagaimana seharusnya mereka memandang masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang dengan benar.
1. Biarkan masa lalu mengajarimu. Musa menyampaikan, “Ingatlah
kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun…” (ayat 4)
Dia menambahkan bahwa Allah sendiri membuktikan penyertaan-Nya
atas orang Israel selama bertahun-tahun. “…dengan
maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.”
2. Biarkan masa kini menginspirasimu. Dalam ayat 5, Musa menceritakan kisah dari masa lalu sampai
masa kini. “Maka haruslah engkau insaf,
bahwa TUHAN, Allahmu, mengajari engkau seperti seseorang mengajari anaknya.”
Orang bijak tidak akan sepenuhnya meninggalkan masa lalu atau
mengabadikan masa lalu, tetapi lewat masa lalu dia bisa belajar untuk maju.
Karena masa lalu harus menjadi batu loncatana kita, bukan sebagai tempat untuk merasa nyaman (baca Filipi 3: 13-14).
3. Biarkan masa depan menyambutmu. Di ayat 6, Musa menyampaikan tentang sesuatu di masa
depan. “Oleh sebab itu haruslah engkau
berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang
ditunjukkan-Nya dan dengan takut akan Dia. Sebab TUHAN, Allahmu, membawa engkau
masuk ke dalam negeri yang baik, suatu negeri dengan sungai, mata air dan danau, yang keluar dari lembah-lembah dan gunung-gunung…” (ayat 6-7)
Karena Tuhan sudah begitu setia kepada kita, kasihi dan
patuhilah Dia dengan menaati perintah-perintah-Nya (Yohanes 14: 15). Kalau kita
mengikuti jalan-Nya sebagai prioritas kita, maka masa depan akan menyambut
kita. Kalau tidak, kita hanya akan menerka-nerka. Karena itu, teruslah lakukan apa yang sesuai dengan kehendak-Nya.
4. Mengucap syukurlah senantiasa. Di ayat 10, Musa mengajak bangsa Israel untuk mengarahkan
pandangan kepada Allah. Dalam hal ini, kita diajak untuk mengucap syukur atas
pemberian Allah. “Dan engkau akan makan
dan akan kenyang, maka engkau akan memuji TUHAN, Allahmu, karena negeri yang baik yang diberikan-Nya kepadamu itu.”
Jadi apa yang bisa kita petik? Kita diajarkan untuk mengingat
masa lalu sebagai bahan pertimbangan atau motivasi untuk menentukan langkah di
masa kini, memandang ke masa depan namun selalu memandang ke atas dan bersyukur
kepada Allah (baca 1 Tesalonika 5: 18). Seperti disampaikan Daud dalam Mazmur 103:
2, “Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan
janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!”
Luangkanlah waktu hari ini untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas semua berkat, kebaikan dan kemurahan-Nya, untuk apa yang sudah Dia lakukan atas hidup kita di tahun-tahun sebelumnya, bahkan saat kita menantikan apa yang Dia sedang rancangkan atas hidup kita ke depan.
Hak cipta Connection Communications, disadur dari Crosswalk.com