Menjadi Puas Adalah Bagian Dari Proses
Kalangan Sendiri

Menjadi Puas Adalah Bagian Dari Proses

Claudia Jessica Official Writer
      2952

1 Korintus 4: 7-8

Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?  Kamu telah kenyang, kamu telah menjadi kaya, tanpa kami kamu telah menjadi raja. Ah, alangkah baiknya kalau benar demikian, bahwa kamu telah menjadi raja, sehingga kami pun turut menjadi raja dengan kamu

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 117; 1 Korintus 5; Rut 1-2

Alih-alih terlalu fokus pada apa yang tidak kita miliki dan pada sesuatu yang tidak terjadi, kita bisa bersyukur atas apa yang kita miliki. Ini bukanlah sebuah tindakan alami manusia, bahkan bagi Rasul Paulus sekali pun yang pernah berkata “Saya telah belajar untuk merasa puas.” Menjadi puas adalah proses pembelajaran.

Alkitab mengatakan dalam 1 Korintus 4:7-8 “Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?  Kamu telah kenyang, kamu telah menjadi kaya, tanpa kami kamu telah menjadi raja. Ah, alangkah baiknya kalau benar demikian, bahwa kamu telah menjadi raja, sehingga kami pun turut menjadi raja dengan kamu.”

Iri hati muncul karena adanya mitos bahwa kamu perlu lebih banyak hal untuk bahagia. Iri selalu memandang orang lain dan bertanya “Mengapa dia mendapatkan apa yang tidak saya miliki? Saya juga pantas mendapatkan apa yang mereka miliki.”

Tetapi rasa syukur mengatakan hal yang sebaliknya, “Mengapa Tuhan memberikan ini kepadaku? Saya diberkati karena saya tidak layak medapatkan apa yang saya miliki.” Hal ini membalik perspekif kita.

Meskipun semua orang berjuang dengan rasa iri, namun sulit untuk mengakuinya karena itu adalah hal yang jelek. Ketika kita mulai merasa iri, kita merasa ingin mereka gagal karena itu akan membuat kita merasa lebih baik sebab mereka tidak memiliki sesuatu yang lebih dari kita. Benar-benar gila.

Jika kita bisa belajar bersyukur atas apa yang kita miliki, hal ini tidak akan terjadi dan kita bisa mengatasi rasa iri.

Penting untuk memahami bahwa kecemburuan itu tidak memiliki tujuan tertentu harapan atau target. Iri tidak berharap bahwa sesuatu dapat terjadi dalam kehidupan kita. Iri juga tidak membuat kita melontarkan  pertanyaan pada diri kita, apakah kita harus memiliki sesuatu?

Sebaliknya, iri hati adalah membenci seseorang yang telah memiliki apa yang tidak kamu miliki. Atau mencapai apa yang belum bisa kamu dapatkan. Iri juga membuatmu tidak bisa bahagia sampai akhirnya kamu mendapatkan tujuan tertentumu. Iri tidak bersyukur atas apa yang sudah kamu miliki.

Tetapi Alkitab memberi tahu kita bahwa kita telah memiliki banyak hal, lebih dari yang kita butuhkan dan jauh lebih layak daripada yang kita dapatkan.

Setiap hal baik dalam hidup kita adalah hadiah dari Tuhan, dan terserah Dia untuk memutuskan kapan dan bagaimana Dia memberkati kita. Terserah kita juga untuk memilih untuk bersyukur dan memaksimalkan apa yang telah kita terima.

Seperti yang dikatakan Pengkhotbah 6: 9 (versi Bahasa Indonesia Sehari-hari) “Semua itu sia-sia seperti usaha mengejar angin. Lebih baik kita puas dengan apa yang ada pada kita daripada selalu menginginkan lebih banyak lagi.

Ikuti Kami