Kejadian 3:9
“Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?"
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 1; Matius 1; Kejadian 1-2
Dua tahun yang lalu, teman saya meninggalkan San Antonio untuk bisa bersama dengan ayahnya yang berlokasi di Houston. Ayahnya ini sedang menjalani operasi karena kanker hati di sebuah rumah sakit yang ada di daerah tersebut.
Para dokter pesimis melihat keadaan ayahnya ini, hal ini meninggalkan seluruh keluarga berada dalam kondisi yang harap-harap cemas. Sementara teman saya, ia adalah seorang ibu tunggal, yang datang ke Houston tanpa kedua anaknya, sebab mereka sedang menjalani acara perkemahan dari sekolah.
Selama beberapa minggu berlalu, ibu muda ini terus bolak balik dari San Antonio ke Houston untuk bisa berada di dekat ayahnya, juga kedua anaknya.
Saya tahu pasti kalau teman saya ini pasti merasa kesepian selama ini. Untuk itu, saya pengin jadi teman yang siaga untuk membantunya kalau-kalau ia membutuhkan saya. Ketika ia menelepon saya untuk pertama kalinya, saya langsung buru-buru pergi ke San Antonio, padahal saya sedang berada di luar kota.
Dia bercerita kalau tanda vital ayahnya tidak terlihat baik dan para dokter mengatakan kalau waktu buat ayahnya ini tidak akan lama lagi. Ini merupakan indikator pertama kalau saya harus ikut dengannya untuk pergi ke Houston pada hari itu. Akhirnya, dua jam setelah saya menutup telepon itu, teman saya langsung minta saya untuk datang ke Houston.
Teman saya sangat membutuhkan saya saat itu. Itulah prioritas saya. Saya langsung loncat ke mobil dan dalam waktu 45 menit, saya sudah mulai melaju ke Houston. Saya memberi tahunya kalau saya sedang berada di dalam perjalanan menuju Houston.
erjalanan itu membutuhkan waktu sekitar empat jam lagi. Pikiran saya terus bertanya-tanya soal kondisi ayah dari teman saya ini. Kemudian, ada telepon yang berdering. Itu dari teman saya ini. Spontan, saya langsung bertanya mengenai keadaannya.
Respon teman saya saat itu, masih membekas di hati saya sampai sekarang ini. Teman saya tahu kalau saya baru menempuh 45 menit perjalanan. Pun demikian, dengan suara yang sedikit bergetar, ia bertanya, "Kamu di mana?"
Saya tahu kalau dia nggak bener-bener bertanya mengenai di mana lokasi saya. Pertanyaannya ini menggambarkan sebuah perasaan kesepian, bahwa dia sedang kehilangan, dan dia butuh seseorang untuk berada di dekatnya. Ini merupakan pertanyaan yang sama, yang ditanyakan oleh Pencipta kita, ketika kita hilang.
Di sebuah taman yang tidak bisa kita bayangkan sekarang ini, dimana tidak ada yang namanya kehilangan, di mana Adam dan Hawa bisa berjalan bersama dengan Tuhan. Tempat itu sangatlah menakjubkan. Mana sih yang lebih membahagiakan daripada bisa berjalan-jalan bersama dengan Tuhan?
Pada saat itu, Adam dan Hawa tinggal di sebuah lingkungan megah yang dibuat sesuai dengan gambarNya. Manusia pertama ini bisa berinteraksi secara langsung dengan Sang Pencipta. Hubungan mereka dan Tuhan merupakan hubungan yang sangat intim, sangat dekat, sehingga tidak ada satu pun yang mereka bisa tutupi.
Tuhan berada di surga bersama dengan dua orang yang sangat Ia kasihi. Tampaknya, Tuhan menemukan kepuasan hanya dengan bersama dengan mereka. Adam dan Hawa memberikan sesuatu yang tidak bisa diberikan oleh para malaikat.
Manusia bisa mengasihi Tuhan, sebagaimana Tuhan mengasihi manusia. Kita bisa melihat kalau terjalin sebuah hubungan yang kekal, tanpa adanya sesuatu hal yang tersembunyi, dan tidak ada yang perlu ditakuti. Kemudian, di sebuah tempat yang indah dan sempurna itu, Adam dan Hawa memilih untuk pergi.
Respons Tuhan terhadap pilihan ini selamanya terukir di bumi. Kata-kata yang dicurahkan dari hati-Nya adalah kata-kata yang mengungkapkan penderitaan-Nya. Ini adalah kata-kata putus asa, kerinduan, mencari mengomunikasikan perasaan kehilangan besar-Nya, seperti teman-teman saya memiliki hari dia merasa begitu sendirian.
Itu adalah kata-kata yang sama, yang dapat didengar sekarang ketika seseorang bertanya-tanya jauh dari taman di mana Allah berada dan mencari kita untuk berada.
Jika ada yang bertanya-tanya tentang apa sebenarnya Tuhan itu - apa yang benar-benar Dia minati, Kalau ada orang yang bertanya-tanya mengenai Tuhan, tentang apa yang Tuhan sukai, coba deh kembali ke cerita tentang surga, dan bagaimana hati Tuhan hancur buat pertama kalinya. Itulah kali pertama Tuhan merindukan kita, manusia, yang jauh dari dosa.
Dengarkanlah hati kita, ketika kita mendengar Tuhan. Firman Tuhan mengungkapkan apa yang dirindukan oleh Tuhan. Firman Tuhan ini tetap sama, sejak pertama kali manusia jatuh ke dalam dosa, di mana Ia bertanya, "Di manakah kamu?"
Inilah isi hati Tuhan.
Hak Cipta © Debbie Rodgers, digunakan dengan izin.